Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

A Life Beyond Boundaries dalam 9 Catatan Penting

20 Januari 2017   08:39 Diperbarui: 13 Desember 2019   10:37 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata lain, seluruh isi buku ini sejatinya penting diselami dengan khidmat tanpa harus jatuh pada romantisasi naif. 

Buku ini tergolong ringan dan enak, hemat saya sih, ketimbang membaca After the Fact-nya Opa Clifford Geertz, salah satu Indonesianis besar asal negeri Paman Sam yang mengembangkan metode “thick description” dan menulis karya besar Religion of Java.

9 Catatan Penting

Catatan pertama, dari buku ini, kita boleh membaca jejak “gen aktivisme politik” yang bersilangan dari garis ayah dan ibunya: memiliki darah pemberontak yang melawan imperialisme Inggris terhadap Irlandia.

Kemudian, membaca pendidikan dasar (studi klasik) yang ditempuhnya di Cambridge sebelum bersentuhan dengan kajian Asia Tenggara di Cornell, Amerika Serikat. Model pendidikan awal yang ditujukan untuk merawat “kuasa kelas aristokrat”. 

Juga dalam tahun-tahun masa muda ini, pembaca diajak melihat zaman yang dihidupi oleh radio yang masih melantunkan pembacaan-pembacaan puisi sastrawan hebat zaman perang dan senjakala imperium Inggris. Catatan penting kedua ini menjelaskan jika masa mudanya sudah diakrabkan dengan sensitivitas sastrawi.

Terhadap asal usul kajian Asia Tenggara, catatan penting ketiga, Opa Ben bukan saja bercerita siapa sosok-sosok besar yang bekerja meletakan fondasi intelektual juga institusional. Khususnya arti penting George McTurnan Kahin yang menulis Nationalism and Revolution in Indonesia (1951). 

Namun juga menunjukkan kepentingan geopolitik pemerintah Amerika Serikat dengan dukungan finansial dari Rockefeller atau Ford yang pobia akut terhadap perluasan Komunisme bersenyawa kehendak menguasai dunia.

Lantas ketika meletus perang di Indocina (: Amerika versus Vietnam), kajian ini memiliki daya tarik besar secara akademik pun politis. 

Selain Cornell, kampus lain yang mendapat perhatian dan dukungan dalam proyek ini saat itu adalah Universitas Yale dimana Harry Jindrich Benda yang menulis The Cresent and the Rising Sun: Indonesian Islam under the Japanese Occupation 1942-1945, bekerja.

Di Cornell sendiri, catatan penting keempat, yang unik, para pengkaji tidak terikat dalam “gairah politik yang sama progresif”. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun