Simak deh lirik berikut:
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu ...
Menurut Pongky Jikustik, salah satu lagu yang dinyanyikan dengan penghayatan puitis yang dahsyat oleh Bang Iwan adalah lagu ini. Menurut saya, Pongky gak bener-bener mendengar lagu-lagu Iwan (tolong jangan percaya ini). Memangnya Kesaksian yang dinyanyikan bersama Kantata tak kalah puitis?
Kesaksian kental sekali dengan puisi peringatan, kemarahan sekaligus pembelaan pada orang-orang kecil, Kawan! Ya, bagaimana tidak, Rendra yang bikin liriknya.
Tapi barangkali, karena ini perkara cinta sepasang kekasih, maka Matadewa lebih mewakili ungkap emosinya. Dan jiwa-jiwa yang baru patah akan selalu perlu dengan jenis lirik seperti yang dikandung lagu ini.Â
Saya nukilkan saja lirik di bagian kedua:
Lidah gelombang jilati batinku
Belaian karang sampai ke jantungku
Hingga matahari ajak aku pergi
Kasihku tulus setulus indahmu
Mari baca dan resapi liriknya baik-baik, bila masih kurang, diulang lagi. Masih kurang lagi, dengarkan lagunya sambil membayangkan hidupmu yang dilemaah.Â
Matadewa adalah ungkap puitis tentang perpisahan.Â
Agak berbeda dengan Yogyakarta yang mengeluarkan rasa sakit patah hati dari sebuah pengalaman akan ruang, Matadewa menjadikan ruang (matahari senja, pantai, laut) sebagai saksi atas keputusan perpisahan itu.