"Ya jangan gitu Mbak. Barangkali teman Mbak, mau nyiapin kejutan, atau mempersiapkan biaya pernikahan, dan lain -- lain, yang begitu banyak. Ditunggu saja sebulan lagi. Entar hubungi saya lagi aja,...percaya deh," balas Sari.
"Oh ya betul sekali ya Mbak. Mbak Sari memang cerdas. Tidak salah saya memilih teman Mbak Sari, salut pokoknya," jawab Maya via sambungan telepon.
Sebulan pun berlalu, galau pun sudah di pikirannya. Tidak bisa tidur semakin menjadi -- jadi, bahkan Maya mengajar di kelas pun serasa hambar dan kehilangan konsentrasi. Galau versi kedua pun berkecamuk, ia ingin meminta ketegasan dari Farhan, kira -- kira kapan ia bisa dilamar. Seandainya biaya nikah kurang, orangtuanya sanggup untuk membiayai. Bukankah dua -- duanya sudah keterima CPNS, sehingga tidak perlu ada yang ditakutkan untuk hidup berkeluarga. Sebelum bertanya kepada Farhan, ia ingin meminta masukan pada Mbak Sari. Guru yang relijius, pintar, cantik, yang telah menginspirasi Maya.
Rasanya seperti ditemukan Sari, begitu senangnya ia bisa ketemu. Maya akan bercerita panjang lebar tentang hubungannya dengan lelaki yang belum disebutkan namanya pada Sari.
"Alhamdulillah, Mbak. Kita ditemukan kembali. Mau curhat ni Mbak. Saya mau meluapkan curhat saya ni, ke Mbak. Karena Mbak Sari telah menginspirasi saya sebagai seorang guru. Sehingga saya lebih semangat untuk bisa seperti Mbak. Ternyata, di daerah pedesaaan ini, masih ada sosok guru yang bisa menginspirasi," puji Maya.
"Wah, ada apa ni .... kok pujiannya jadi setinggi langit. Jangan gitu loh Mbak, entar saya bisa menjadi orang yang paling Mbak Maya benci sedalam lautan. Oya, gimana teman mbak, apakah sudah menghubungi ? " jawab dan tanya Sari tersipu malu.
" Nah itu yang mau saya tanyakan, Mbak. Semakin sedih ni kalau mau cerita, sebulan ini malah semakin jauh rasanya saja....saya khawatir kalau gak jadi dilamar," keluh Maya.
"Yang sabar, Mbak. Jodoh itu Allah yang menentukan, kita yang berusaha. Oya, kebetulan, beberapa waktu yang lalu, saya pernah mendengar cerita dari seorang ibu kepala sekolah, bahwa ia tidak merestui anaknya menikahi wanita yang bukan berasal dari daerahnya, takutnya ada apa -- apa kalau berjauhan. Alasan klasik di desa ini sih Mbak. Karena kejadian yang sudah -- sudah yang tidak enak didengar. Jadinya, Si anak ibu kepala sekolah itu mulai menjauh. Kadang itu salah satu faktornya. Ya, pelajaran buat kita," jawab Sari.
"Oh begitu, ..." jawab Maya yang penuh keseriusan.
"Lucunya, si ibu ini malah nawarkan anaknya ke saya ..., ya kata Mbak Maya dulu, daripada menimbulkan fitnah, ya sudah saya ok -- ok saja," canda Sari.
"Hahahaha....selamat Mbak...wah saya bisa kedahuluan ni ...?" tawa tanpa sadar Maya di tengah keseriusan.