"Bukan main..!" Ki Dewan berseru sambil menahan napas saking tidak percaya. Dia sendiri adalah seorang ahli silat kelas tinggi dan memiliki ilmu meringankan tubuh yang hebat. Akan tetapi menyaksikan gerakan Arum Naga, ia menjadi kaget karena wanita itu seolah-olah bisa terbang saja. 'Bagaimana mungkin seorang wanita muda memiliki ilmu setinggi itu?'
Ki Dewan menahan kemarahan yang semakin memuncak, lalu memperhebat serangannya sambil memperdengarkan pekik keras, "Itu Ki Renggo!"
Seseorang di dekatnya mengingatkan. "Dia berbahaya! Jangan sepelekan dia!" Lebih dari tiga orang bergerak mencari posisi. Begitu posisi mengepung, mereka memperdengarkan teriakan perang.
"Aku akan tangkap dan mempreteli anggota tubuhmu!" teriak salah seorang dari mereka.
"Itu harapan atau ancaman? Kalau menurutmu kau dapat melakukannya, ayo buktikan!" balas Ki Renggo.
Mereka menyerbu serentak. Kaget sekali, namun tidak percuma Ki Renggo mendapat julukan Macan Argopuro, karena pedang di tangannya sudah bergerak dengan pemutaran pergelangan tangan, melancarkan tangkisan sekaligus serangan maut.
Pedang di tangan Ki Demang tergetar, bertemu dengan pedang Ki Jangkar dan melekat. Ki Demang mengirim dorongan tangan kiri ke arah dada. Bukan sembarang dorongan, melainkan jurus sakti yang dilakukan dengan pengerahan tenaga dalam yang kuat sekali. Bisa merontokkan seluruh isi dada. Kini menghadapi serangan bahaya itu, Ki Jangkar menggerakkan tangan kiri menangkis.
Mereka saling menatap mata. Ki Demang harus mengakui dalam hati bahwa lawannya itu tidak boleh dipandang ringan karena dari pandangan matanya terpancar kekuatan yang dia tahu, kekuatan ilmu hitam.
Pada detik berikutnya, kaki Ki Jangkar menyambar kepala, disusul tendangan yang tak terduga, dengan gerakan kilat dan tahu-tahu telah mengarah ke dada.
Ki Demang masih selamat, tapi tubuh kekarnya terdorong ke belakang dua langkah. Serangan bertubi-tubi itu masih berhasil ia tangkis, akan tetapi sebelum serangan berikutnya, pedang Ki Demang telah meluncur secepat kilat menusuk leher. Tanpa sempat berteriak lagi Ki Jangkar roboh dengan darah muncrat dari leher yang berlubang tembus ke belakang.
Kanjeng Wotwesi yang juga memegang sebatang pedang pusaka, terpaksa turun sendiri menghadapi Lintang Si Pendekar Pedang Akhirat. Dengan murka, pedangnya yang dialiri tenaga dalam menyerang dahsyat.