Oleh: Tri Handoyo
Kemunculan Laskar Intijiwo berhasil membalikkan keadaan. Semangat murid Intijiwo yang tadinya sempat kendur kini kembali bangkit. Mereka berhasil mendesak mundur pihak Benteng Nusa.
Arum Naga memutar pedang cepat, namun karena terus menerus diserang secara bertubi-tubi, pedang pusakanya itu hanya dapat dipergunakan untuk pertahanan, hanya sekali-sekali mendapat kesempatan membalas. Namun setiap kali mendapat peluang menyerang, pedang itu tidak mempan melukai tubuh musuh-musuhnya.
"Kita tak punya banyak kesempatan menang melawan siluman!" teriak Ki Demang di dekat Arum, yang juga tak kalah terdesaknya.
"Ya, mereka bukan manusia!" timpal Arum dengan nafas tersengal.
Tangan Cak Lahar sampai gemetar karena terus-terusan melindungi tubuh. Suatu kali sabetan pedangnya berhasil mengenai mulut seorang musuh, tapi tepi pedangnya gemerincing membentur gigi. Tanpa terluka, musuh itu malah meringis mengerikan.
Raden Ghandi dan murid-murid Benteng Nusa terus didesak mundur, setengah berlindung di belakang Arum Naga, Ki Demang, dan Cak Lahar. Sementara Ki Renggo terus dengan gigih mengerahkan segala kekuatannya untuk bertahan. Bagaikan harimau terluka, keberanian dan tenaganya sungguh luar biasa.
Dalam keadaan seperti itu, memang hampir setiap orang tidak dapat menggunakan akal sehat, yang penting menyelamatkan diri. Tetapi tidak demikian dengan Lintang, ia tidak memedulikan keselamatannya sendiri dan justru sengaja memancing lawan agar menyerangnya. Tinggal ia yang di depan dan dalam kepungan puluhan Laskar Intijiwo.
Manusia-manusia siluman itu sudah seperti kesetanan. Tidak memedulikan lagi bahaya yang mengancam, menolak mundur dan terus menerjang menghadang sabetan pedang akhirat. Suara jerit ditimpa denting senjata yang beradu mengguncangkan hati.
Sesaat kemudian, Pendekar Lintang terpaksa mengeluarkan jurus andalannya, jurus Pedang Akhirat. Tubuhnya bergerak cepat dan meninggalkan bayangan yang membelah musuh di sekitarnya, seperti kain yang dirobek. Tidak peduli betapa pun tinggi ilmu kebal mereka, akan terbelah oleh kilatan cahaya sabetan pedang.