Ki Renggo berjalan menuntun kuda mengikuti Cak Lahar, melewati gapura yang di atasnya bertuliskan 'Padepokan Benteng Nusa'.
"Oh, saya sering dengar nama besar padepokan ini!" Ki Renggo tidak mengira akan begitu mudahnya untuk bertemu seseorang yang menyandang nama besar. Padepokan itu terkesan sangat bersahabat. Tidak ada petugas yang berjaga-jaga di pintu masuk seperti di Padepokan Intijiwo, yang berlpis, dan memeriksa setiap tamu dengan ketat dan penuh kecurigaan.
Cak Lahar membawa Ki Renggo ke sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk menerima tamu. Seseorang langsung membawakan hidangan yang berupa makanan ringan dan minuman.
"Silakan dinikmati, Ki. Tunggu sebentar, saya akan memberitahu guru!" kata Cak Lahar.
Ki Renggo dibuat terkesan dengan penerimaan dan pelayanan itu, sampai ia bertanya dalam hati, 'Benarkah ini padepokan milik seorang pendekar besar?'
***
Siang yang berangin sejuk. Di sebuah warung di tengah persawahaan yang luas, di bawah rumpun bambu yang teduh dan berangin sejuk. Sebuah warung sederhana yang diminati para pedamba ilmu, hanya menyajikan kopi, ketan, kolak dan aneka camilan.
Pagi itu, semua pelanggan sedang menyimak cerita pengalaman Mbah Kadir, yang suatu ketika mencari tempat sunyi agar bisa shalat dengan khusuk.
"Aku saat itu memang masih belajar!" urai Mbah Kadir mengawali ceritanya, "Meskipun saat ini pun sebetulnya juga masih belajar!"
Ia memutuskan untuk pergi seorang diri, berjalan masuk ke dalam hutan yang berada di dataran tinggi dan jauh dari perkampungan. Masyarakat menyebut wilayah itu Dung Cinet, sebuah tempat yang lumayan eksotis dan terkena sangat angker. Matahari mulai tenggelam tepat saat ia menemukan sebuah lokasi yang datar di tepi sungai. Setelah memastikan bahwa tempat itu benar-benar sunyi, ia pun mulai mengambil wudhu dan segera menjalankan shalat.
Beberapa saat berlalu dengan hening tanpa ada gangguan sama sekali. Hanya gemerisik dedaunan yang terhembus desir angin. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara benda jatuh ke dalam air. Mungkin batu yang ukurannya besar, karena menimbulkan suara kecipak cukup keras.