Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (118): Ranting Kering

23 Desember 2024   03:34 Diperbarui: 23 Desember 2024   03:34 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kencana duduk di tepi ranjang dan hatinya pedih mendengar percakapan itu. Dia masih terus berpikir mencari cara untuk melampiaskan dendam. Hanya dengan menyingkirkan Eyang Kanjeng, ia akan bisa menguasai Klebat, dan selanjutnya menguasai harta kekayaannya.

"Aku tidak akan menceraikannya!" pungkas Klebat sebelum bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang tengah.

Kencana mendengar suara kaki berjalan memasuki kamar. Itu pasti suaminya. Ia tetap menyisir rambut dan pura-pura tidak menyadari kehadirannya.

"Kencana!" panggil Klebat dari arah belakang. "Kencana!"

"Ah.., kamu membuatku kaget saja!" Kencana berpaling dan berhenti menyisir rambut, "Iya, ada apa?"

"Hm.., kamu dengar pembicaraanku dengan eyang?"

"Tidak!" jawab Kencana datar, sambil melanjutkan menyisir rambutnya yang panjang dan hitam. "Memang bicara apa?"

"Tidak.., tidak apa-apa!"

"Kangmas, aku boleh tanya?"

"Iya?"

"Aku heran kenapa kamu selalu bawa tongkat bambu jelek itu ke mana-mana?" Kencana bukannya tidak tahu bahwa itu adalah tongkat pusaka yang membuat suaminya memiliki kekuatan luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun