Kencana duduk di tepi ranjang dan hatinya pedih mendengar percakapan itu. Dia masih terus berpikir mencari cara untuk melampiaskan dendam. Hanya dengan menyingkirkan Eyang Kanjeng, ia akan bisa menguasai Klebat, dan selanjutnya menguasai harta kekayaannya.
"Aku tidak akan menceraikannya!" pungkas Klebat sebelum bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang tengah.
Kencana mendengar suara kaki berjalan memasuki kamar. Itu pasti suaminya. Ia tetap menyisir rambut dan pura-pura tidak menyadari kehadirannya.
"Kencana!" panggil Klebat dari arah belakang. "Kencana!"
"Ah.., kamu membuatku kaget saja!" Kencana berpaling dan berhenti menyisir rambut, "Iya, ada apa?"
"Hm.., kamu dengar pembicaraanku dengan eyang?"
"Tidak!" jawab Kencana datar, sambil melanjutkan menyisir rambutnya yang panjang dan hitam. "Memang bicara apa?"
"Tidak.., tidak apa-apa!"
"Kangmas, aku boleh tanya?"
"Iya?"
"Aku heran kenapa kamu selalu bawa tongkat bambu jelek itu ke mana-mana?" Kencana bukannya tidak tahu bahwa itu adalah tongkat pusaka yang membuat suaminya memiliki kekuatan luar biasa.