Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (116): Orang Pintar

17 Desember 2024   03:46 Diperbarui: 17 Desember 2024   05:47 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lembah itu masih tetap seperti semula, akan tetapi di alam jin, tampak kerusakan hebat bagaikan di neraka. Pemandangan potongan-potongan tubuh berserakan di mana-mana. Suasana begitu sunyi, yang terdengar hanya rintihan lemah beberapa pasukan yang tak dapat menahan sakit. Ratusan ribu jin tewas dalam pertempuran hidup mati yang hanya memakan waktu sebentar saja itu. Hanya semalam.

Di tempat lain yang jauh dari Lembah Gunung Pegat, Prana terbangun keesokan hari dan sangat ketakutan melihat kedua mayat yang mengerikan. Mbah Beluk tewas di atas ranjang dengan kondisi jasad menggelembung dan membusuk dengan cepat. Tidak jauh dari situ, Nyi Lembok tewas pula dengan sekujur badan seperti hangus terbakar.

Lelaki itu bergegas memeriksa sekeliling untuk mencari Kencana. Ia menyaksikan dan baru menyadari tengah berada di sebuah tempat yang sepertinya lama tidak ada penghuninya. Tampak tak terawat, maka sangat kotor. Ada meja dan lemari yang rusak. Berbagai jimat yang dipajang dan benda-benda yang tergantung sudah tampak berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba.

Prana melihat ada beberapa bongkahan emas yang berserakan di lantai tanah. Ia tidak berani memungutinya. Sebelumnya ia mendengar cerita dari Nyi Lembok bahwa sekeliling tempat itu dihuni oleh makhluk-makhluk halus sehingga menjadi sangat angker.

Waktu itu sudah menjelang pagi, dan sungguh pun cuaca cukup cerah, namun tidak kelihatan ada seorang pun penduduk dusun yang berada di sekitar daerah itu. Tidak ada yang berani, maka tempat itu sesunyi kuburan. Prana berjalan terus dengan penuh kewaspadaan. Harapannya saat itu hanya bisa menemukan Kencana.

Sementara itu, Kencana yang lari keluar dari rumah Mbah Beluk, akhirnya sampai di sebuah perkampungan. Ia terus berlari sampai tenaganya benar-benar habis, lalu jatuh tergeletak di tanah dalam keadaan pingsan.

Mbok Legi yang keluar rumah untuk memadamkan lampu minyak, terkejut melihat tubuh perempuan tergeletak di depan pintu pagar. Ia cepat memanggil suaminya.

Ketika akhirnya siuman, Kencana berada di sebuah rumah dan dikelilingi beberapa orang. Mereka adalah warga yang penasaran ingin melihat.

"Kami menemukan Nyi sanak tergeletak pingsan di jalan!" kata Ki Legi, "Nyi sanak dari mana dan mau ke mana?"

Kencana bisa mendengar pertanyaan itu dengan jelas, tapi ia ternyata telah kehilangan semua ingatannya, sehingga ia tidak tahu bagaimana menjawabnya. Hanya diam membisu. Sorot matanya menatap nyalang, pindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, yang bagi warga tidak ada sesuatu pun yang aneh di tempat yang ditatap perempuan itu.

Kencana merasa ada makhluk-makhluk berwujud mengerikan yang selalu mengikutinya, dan kini ia yakin mereka sedang mengawasinya dari kejauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun