Suatu ketika ia didatangi sosok jin yang menawarkan akan memberinya kesaktian. Bantuan itu akan diberikan dengan syarat bersedia memberikan tumbal. Tumbal, yang merupakan alat transaksi dengan bangsa jin itu, harus sesuai perjanjian di awal. Mbah Beluk kemudian bersedia, bahkan berjanji akan menyediakan tumbal dari keluarganya sendiri. Yang pertama kali dikorbankan adalah suaminya, kemudian semua keluarga suaminya.
Siluman Kukuk Beluk Laut biasa melakukan aksi pada malam hari. Konon jika ingin membunuh seseorang, hanya dengan membaca mantra maka ia akan berubah menjadi siluman, lalu mendatangi rumah korban. Biasanya, dalam waktu semalam korban akan tewas disebabkan hal yang tak wajar. Selain itu jantung korban akan dimakan untuk meningkatkan ilmu kesaktiannya.
Siluman Kukuk Beluk kadang hidup berbaur dengan masyarakat. Ciri-ciri mereka memang sulit dilihat secara kasat mata. Apalagi kebanyakan ia hanya keluar di malam hari. Orang yang memiliki ilmu cukup tinggi kadang dapat mengenali siluman dengan ciri-ciri mata yang terang menyala, berbeda dengan mata manusia pada umumnya.
"Yang duduk di atas ranjang itu hanya tubuhnya saja!" kata Nyi Lembok sambil menuding ke arah Mbah Beluk. "Ruhnya keluar dan sedang bersatu menjadi siluman!"
Tiba-tiba mereka mencium bau aroma pandan wangi. Itu membuat Nyi Lembok tampak begitu ketakutan.
"Kenapa, Nyi?" tanya Kencana ikut was-was.
"Ada garangan di sekitar kita!" Nyi Lembok lalu berdiri memeriksa Mbah Beluk. Ternyata perempuan tua itu telah tewas, dengan tubuh berasap dan mengeluarkan bau busuk.
Nyi Lembok semakin panik. Bau pandan wangi ada di sekeliling mereka. Ia mengeluarkan jimat-jimatnya dan itu langsung membuat pasukan Siluman Garangan semakin buas dan beringas. Mereka mengeroyok dukun itu dengan sangat ganas.
Kencana yang sangat ketakutan segera melarikan diri dari tempat itu. Ia bahkan tidak lagi menghiraukan Prana yang tertidur.
***
Orang-orang yang memiliki kepekaan merasakan suasana di lembah Gunung Pegat menjadi lebih panas dari biasanya. Mereka yang berilmu cukup tinggi tahu bahwa hal itu diakibatkan oleh karena tempat itu telah dijadikan medan pertempuran antar dua kerajaan jin. Pertempuran yang benar-benar dasyat. Bagi mereka yang tidak peka, akan berpikir itu hanya karena tidak ada angin yang berhembus.