"Guru, apa yg membuat orang bisa memiliki kekuatan yang begitu hebat?" seorang murid lain mengajukan pertanyaan, "Bakat, latihan keras, atau karena keajaiban?"
"Kecerdasan juga bisa muncul dalam konteks fisik," urai Lintang bangkit berdiri di depan murid-muridnya, "Misalnya, ketika seseorang menirukan gerakan jurus yang rumit setelah guru mengajarinya sekali saja. Kecerdasan kinestetik-jasmani yang tinggi itu dapat menghasilkan ketangkasan dan koordinasi yang lebih baik. Orang dapat mengingat pola gerakan dan dapat menirunya tanpa harus diajari berkali-kali! Itu disebut bakat. Lalu dengan latihan keras menjadikan bakat itu semakin hebat. Kehebatan tanpa bakat dan latihan keras, itulah keajaiban!"
"Selama ini rasanya kami sudah berlatih sangat keras, tapi kenapa tidak bisa seperti pendekar-pendekar yang hebat itu?"
"Ya jangan-jangan kita saja yang merasa sudah berlatih keras. Nasehat orang bijak yang perlu kita renungkan adalah, jika kamu ingin jadi harimau, berhentilah menghabiskan waktu bergerombol dengan kambing! Kambing di sini misalnya sibuk dengarkan omongan yang tidak berguna, fitnah, apalagi sibuk memikirkannya, itu akan menguras energi sia-sia!"
"Bagaimana kalau tidak bisa menemukan harimau, karena lingkungan kita memang kambing?"
"Hijrah! Kecuali kita memang mau jadi kambing, tidak usah susah payah mencari lingkungan harimau!"
Setiap selesai latihan, sambil istirahat, Lintang memang memberi kesempatan kepada murid-muridnya untuk bertanya mengenai apa saja. Itu yang membuat hubungan guru dan murid semakin erat.
"Bagi beberapa orang mungkin menemukan bahwa sebuah jurus itu sulit dan rumit, namun dengan ketekunan mereka mampu menghadapinya dan mengatasinya dengan baik. Ketekunan adalah komponen kunci dari kecerdasan. Sifat ini juga mencerminkan kesabaran dan ketahanan! Tidak ada di bawah langit ini yang tidak bisa ditaklukan dengan ketekunan! Sudah untuk hari ini cukup ya!"
"Satu pertanyaan terakhir, Guru!"
"Baiklah!"
"Mana yang harus lebih didahulukan, mengutamakan latihan fisik atau penguasaan teori?"