Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (106), Menyisahkan Kesunyian

9 November 2024   04:40 Diperbarui: 9 November 2024   05:02 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdapat sebuah mitos yang menyebutkan tentang kehancuran total kerajaan Edom, dan makhluk penghuni reruntuhannya adalah burung cabak.

Dua marga dari burung cabak terdapat di Nusantara dan empat spesiesnya ada di Jawa. Burung ini sangat sulit didekati, sehingga nyaris tidak ada orang yang bisa menangkapnya. Orang yang ingin melihat bentuknya harus menggunakan pakaian yang tidak mencolok, lalu dengan sabar menunggu dibalik tutupan pohon atau semak.

***

Ki Dewan ditemani beberapa anak buahnya datang di lokasi selepas Maghrib esok harinya. Beberapa orang pengurus padepokan menyambut di luar wilayah Pendopo Emas.

Dari atas kudanya, Ki Dewan menyimak cerita dari para pengurus padepokan. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ia lalu memacu kuda menuju tempat di mana musuh telah menunggu. Rombongan yang hanya berjumlah belasan orang mendatangi pihak Raden Suncoko dengan menunjukan sikap siap meladeni pertarungan.

"Seperti sudah kuduga," kata Raden Suncoko sambil berdiri dengan gagahnya. "Coba lihat, mereka telah melanggar peraturan, tapi tak sangsi lagi, mereka memang tidak punya rasa malu. Mari kita beri hukuman para bajingan itu!"

Ki Dewan yang telah turun dari kuda justru menantang mereka untuk menjamahnya. "Ayo! Apa yang kalian tunggu?"

Pihak Raden Suncoko itu pun berduyun-duyun maju, tapi mereka bukan lawan yang berarti bagi Ki Dewan dan anak buahnya. Mereka diobrak-abrik dengan mudah. Ki Gunuk Gluduk pun kini mengambil alih. Sambil mendecapkan lidahnya ia memberi isyarat kepada Laskar Cabak.

"Cwiiirp!" Laskar Cabak menerjang ke tengah pertempuran. "Cwiiirp..! Cwiiirp..!" Itu cara mereka memberikan kode kepada rekannya.

Ki Genuk dihadang Ki Dewan yang telah siap menebaskan pedang dengan kedua tangannya, tapi orang tua itu terlalu cepat baginya, hingga tebasan itu terpental keras karena mengenai tangkisan golok.

Ki Dewan kini mengincar kaki Ki Genuk, dengan segenap kekuatan pedang itu mendecit di kegelapan, tapi tidak terdengar suara benturan. Manusia cabak itu telah melenting ke udara, dan turun menerjang dengan kekuatan dasyat. Ki Dewan merasa seakan berhadapan dengan bayangan. Inilah musuh terlincah yang pernah dihadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun