Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (106), Menyisahkan Kesunyian

9 November 2024   04:40 Diperbarui: 9 November 2024   05:02 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ah tidak mungkin, Kanjeng. Saya orang yang menghormati benda-benda pusaka. Tidak mungkin saya berani merusaknya. Bisa kualat saya. Silakan anda periksa kitab itu, Kanjeng!"

"Baik. Aku percaya!" Lantas Kanjeng mendekatkan tubuhnya dan setengah berbisik. "Aku ingin Mbok Cipluk disingkirkan, untuk selamanya!"

Ki Dewan langsung tanggap maksud dan tujuan pimpinannya itu. Tanpa banyak bertanya lagi dia menjawab tegas, "Siap laksanakan, Kanjeng!"

Itulah yang paling disukai kanjeng dari Ki Dewan. Ia orang yang sangat setia dan patuh menjalankan setiap perintah.

***

Keesokan paginya ia berpamitan pada Klebat, "Mbok hanya ingin pulang sebentar, menengok rumah!"

"Kasihkan saja rumah itu pada tetangga, Mbok! Atau jual saja!"

"Huss.., sekalipun itu gubug reot tapi itu peninggalan orang tua! Sampai kapan pun Mbok ingin merawatnya!"

"Apa aku harus ikut?"

"Tidak usah, Le. Kamu di sini saja menemani eyang. Mbok sudah ada yang ngantar!"

"Mbok marah sama aku?" Ia menyesal kalau mengenang betapa sepak terjangnya seringkali mendatangkan keributan. "Maaf kalau perbuatanku selama ini membuat mbok sedih."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun