"Ah tidak mungkin, Kanjeng. Saya orang yang menghormati benda-benda pusaka. Tidak mungkin saya berani merusaknya. Bisa kualat saya. Silakan anda periksa kitab itu, Kanjeng!"
"Baik. Aku percaya!" Lantas Kanjeng mendekatkan tubuhnya dan setengah berbisik. "Aku ingin Mbok Cipluk disingkirkan, untuk selamanya!"
Ki Dewan langsung tanggap maksud dan tujuan pimpinannya itu. Tanpa banyak bertanya lagi dia menjawab tegas, "Siap laksanakan, Kanjeng!"
Itulah yang paling disukai kanjeng dari Ki Dewan. Ia orang yang sangat setia dan patuh menjalankan setiap perintah.
***
Keesokan paginya ia berpamitan pada Klebat, "Mbok hanya ingin pulang sebentar, menengok rumah!"
"Kasihkan saja rumah itu pada tetangga, Mbok! Atau jual saja!"
"Huss.., sekalipun itu gubug reot tapi itu peninggalan orang tua! Sampai kapan pun Mbok ingin merawatnya!"
"Apa aku harus ikut?"
"Tidak usah, Le. Kamu di sini saja menemani eyang. Mbok sudah ada yang ngantar!"
"Mbok marah sama aku?" Ia menyesal kalau mengenang betapa sepak terjangnya seringkali mendatangkan keributan. "Maaf kalau perbuatanku selama ini membuat mbok sedih."