Pihak Raden Suncoko yang telah dibuat jatuh mentalnya, tidak berdaya melakukan perlawanan. Isi perjanjian yang telah ditandatangani membuat mereka secara hukum kalah.
Satu-satunya jalan terakhir yang bisa mereka harapkan adalah minta bantuan Paman Genuk Gluduk. Ki Genuk Gluduk adalah seorang pendekar yang dulu pernah membantu Raden Sutowo mengusir Kanjeng Wotwesi dari tanah Blora.
Raden Suncoko dengan wajah berduka mengadu, "Maaf, baru sekarang kami terpikirkan untuk meminta bantuan paman! Perlu waktu lama bagi kami untuk menyadari bahwa kami telah ditipu mentah-mentah. Kami kehilangan warisan terbesar yang dengan susah payah dikumpulkan oleh Romo Sutowo. Semua diambil Intijiwo dengan cara yang sangat rapi tanpa melanggar hukum!"
"Aku sudah dengar desas-desus mengenai ini. Tapi aku tidak suka mencampuri urusan orang lain, kecuali dimintai bantuan!" kata Ki Genuk yang merupakan ketua perkumpulan Laskar Cabak. Ia pendekar yang bisa dimintai tolong urusan pertempuran dengan bayaran yang sangat pantas.
Keesokan harinya Raden Suncoko dengan ditemani Ki Genuk Gluduk mendatangi Padepokan Intijiwo. mereka memaksa untuk bisa dipertemukan dengan Kanjeng Wotwesi.
"Kalau besok dia tidak datang menemui kami," ancam Ki Genuk Gluduk, "Jangan salahkan apabila kalian kami usir dari sini!"
Pemimpin padepokan cabang itu tidak melayani sikap kasar Ki Genuk. Dengan tenang dia berkata, "Maaf, permintaan Raden nanti akan kami sampaikan kepada Ki Dewan. Kebetulan tangan kanan Kanjeng Wotwesi itu akan berkunjung ke sini besok!"
"Aku sudah bosan mendengar omong kosong kalian! Ini adalah pengingkaran terakbar yang pernah terjadi!" bentak Raden Suncoko mulai memberanikan diri. "Pokoknya besok kalian harus angkat kaki dari tanah kami! Kesabaran kami sudah habis!"
"Maaf, itu sangat tidak manusiawi, Raden!"
"Kau sebut diri kalian manusia?" Raden meludah ke lantai. "Dengar, aku tahu betul perkumpulan bajingan macam apa kalian itu!"
"Hati-hati..! Jangan sembarangan bicara!"