Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (105): Pengingkaran Terakbar

7 November 2024   06:42 Diperbarui: 7 November 2024   11:54 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Aku lihat Mas Gala mencuri kitab!"

"Ikah, kamu masih ingat apa hukuman bagi pembohong?"

"Ini betul, aku melihatnya, bu!"

Kabar itu membuat muka Arum memucat, seolah-olah kehilangan darah. Pedang dilemparkan ke arah batang pohon hingga tembus. Kejadian itu membuat semua murid termasuk Zulaikah mengkerut ketakutan.

"Lari cepat! beritahu ayahmu!" Suara Arum menggelegar menggetarkan dada.

Arum tidak mengerti apa yang membuat Gala sampai berani mencuri kitab pusaka. Ia sangat yakin pasti ada orang yang telah menghasutnya.

***

Di sebuah tempat yang telah disepakati untuk bertemu dengan Ki Dewan, Gala yang telah berhasil mencuri kitab pusaka berkhayal menjadi orang yang paling sakti lalu mengobrak-abrik Padepokan Benteng Nusa. Kepingan masa silam yang kelam itu masih tersimpan rapi di dalam benaknya.

"Selamat pagi, Gala!" Ki Dewan muncul diikuti Ki Jangkar.

"Selama pagi, Ki!" Gala langsung menunjukan kitab pusaka curiannya.

"Hebat! Kamu memang luar biasa!" puji Ki Jangkar sambil menepuk punggung dengan lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun