"Kamu tidak mempercayai ayahmu?
Ki Kalong Wesi nyaris kehilangan akal sehat dan berniat merebut paksa pusaka itu. Ia memang sedang memanfaatkan anaknya untuk bisa memilikinya demi mewujudkan cita-citanya menjadi orang paling sakti di seluruh jagad raya. Meskipun ia tidak mungkin akan membunuh darah dagingnya sendiri. Tapi ia sadar, selama pusaka itu di dalam genggaman anaknya, tak seorang pun akan mampu mengambilnya. Ia pun mengalah. "Nak, dengar, mulai saat ini ayah akan pergi dan kita mungkin tidak akan bertemu lagi!"
"Kenapa?"
"Karena kamu tidak mempercayai ayahmu!"
"Raja jin tadi berpesan...!"
Sebelum Klebat sempat menguraikan penjelasan, tiba-tiba muncul orang-orang mengepung tempat itu.
Sebagai seorang pemimpin padepokan silat, tentu saja kakek Kyai Wotwesi segera mengirimkan orang-orangnya untuk mencari dan merebut kembali cucunya dari tangan Ki Kalong Wesi. Sekalipun semua muridnya sadar bahwa mereka bukan apa-apa dibanding pendekar sakti itu, tapi selama berpihak kepada kebenaran, mereka siap mati.
Puluhan orang termasuk Kyai Wotwesi sendiri bergerak mengacak-acak hutan tempat di mana Ki Kalong Wesi membawa lari Klebat. Untungnya mereka berhasil menemukan, dan melihat bocah kecil yang sedang mereka cari itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Jangan coba-coba bertindak bodoh!" Kyai Wotwesi dengan sikap dingin memberi peringatan.
"Kamu mau mengancam? Ha..ha.., rupanya kamu meremehkan kekuatan ilmu silatku?"
"Aku tahu, tapi aku tidak akan pernah takut!"