Pusaka yang dimaksud berupa bambu kuning sepanjang lima puluh sentimeter dan memiliki ros pendek-pendek. Di dunia paranormal pusaka itu disebut 'Pring Sambung Nyowo Junjung Drajad'. Bagi orang yang memiliki pusaka tersebut, maka bakal 'ora tedas tapak palune pandhe', artinya akan kebal terhadap segala jenis senjata. Pusaka itu dulunya pernah menjadi milik seorang Senopati era Mpu Sendok yang tinggal di Watugaluh, Jombang. Ki Kalong Wesi sebetulnya masih memiliki darah keturunan senopati tersebut. Itulah kenapa dia merasa berhak mewarisinya.
"Kamu tahu, Klebat," imbuh Ki Kalong Wesi, "Sudah banyak pendekar yang berusaha mengambilnya tetapi mereka semua gagal. Nah, ini kesempatan besar buat kamu agar kelak kamu menjadi pendekar hebat!"
Setelah mengikuti arahan ayahnya untuk bisa mengambil pusaka di dalam istana gaib itu, tidak lama berselang, Klebat keluar dengan membawa benda berupa tongkat pendek bambu kuning.
Dengan muka berseri-seri Ki Kalong Wesi bangkit dari duduknya dan menyambut anaknya, "Kamu hebat Klebat. Sini, berikan tongkat itu, Nak!"
"Tapi..." Klebat mencengkeramkan tangan kuat-kuat ke bambu itu dan menyembunyikannya di balik baju.
Ki Kalong Wesi tahu betapa sangat berharga pusaka itu. Namun ia tak pernah membayangkan bahwa anaknya akan menolak memberikannya. "Baiklah. Ayah hanya ingin memegangnya sebentar saja!"
"Itupun aku tidak mau!"
"Kenapa, Nak?"
"Karena jika aku berikan ke orang lain, aku akan mati!"
"Siapa yang bilang begitu!"
"Raja jin di dalam istana!"