Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (85): Membakar Matahari

10 Oktober 2024   04:58 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:46 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dari keterangan Ki Panji," Orang yang bermuka kotak itu berkata kepada Ki Bejo, "Juragan hendak meminta saya untuk mengenyahkan seorang gadis, betulkah?"

"Iya betul sekali, karena dia telah berani mengancam keselamatan kami, dan siapa tahu dia itu sengaja ditugaskan memata-matai pesanggrahan, bukankah celaka kalau begitu? Kami rasa lebih baik turun tangan sebelum terlambat. Akan tetapi Ki Panji bilang Ki Demang menghendaki lain, jadi bagaimana ini selanjutnya?"

Ki Panji menimpali, "Ki Demang menginginkan, untuk saat ini, kita jangan sampai bentrok dengan padepokan Benteng Nusa! Ki Demang bilang nanti saatnya ketika kita sudah kuat. Mungkin itu alasannya, karena saat ini masih banyak pendekar di kubu kita yang kondisinya kurang sehat! Ini tidak menguntungkan. Benteng Nusa jangan dianggap enteng!"

Lastri cukup senang mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Ki Panji. Paling tidak itulah pengakuan jujur dari pihak musuh.

Cak Saidi menyahut, "Tapi sekarang di padepokan sedang tidak ada Arum dan Lintang, tidak ada yang tahu kapan mereka kembali, jadi sekarang kondisi padepokan bisa dibilang lemah!"

"Bagaimana dengan Mahesa?"

Ki Bogel menjawab, "Lagaknya memang seperti orang ahli silat saja. Akan tetapi aku sendiri sangsi apakah dia itu ada isinya, soalnya waktu di pesanggrahan dia cuma jadi penonton. Justru yang perempuan itu yang menurutku lebih berbahaya!"

"Kalau begitu, kenapa harus takut?" sela Si Pembunuh Bayaran berwajah kotak, "Masak orang-orang tua seperti kita mau saja dipermalukan bocah-bocah ingusan itu!"

"Kisanak sekalian, sekarang dengarlah rencanaku yang tadi sudah kuberi-tahukan kepada Ki Panji," kata Juragan Bejo, "Kita datangi padepokan itu dengan cara berpencaran. Kita mengaku sebagai tamu yang berkunjung untuk menemui pimpinan mereka! Jika pimpinan mereka benar-benar tidak ada di tempat, baru kita serbu dan kita rampok mereka! Di pesanggrahan ada lima belas orang mantan perampok yang siap aku terjunkan! Jadi kita buat seolah-olah ini murni perampokan, tidak ada sangkut-pautnya dengan kubu Ki Demang!"

"Mohon maaf Ki Bejo," sahut Cak Saidi ragu, "Apakah Ki Bejo sudah merasa yakin benar bahwa orang-orang Pesanggrahan bisa mengatasi Lastri dan Mahesa?"

Ki Bejo tertawa dan mukanya berubah menjadi ganas. "Siapa bilang hanya orang-orang saya? Pendekar ini, yang dijuluki Raja Garangan, yang aku jamin dan berani bertaruh potong kemaluan, akan mampu merobohkan dua bocah ingusan itu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun