Tiga orang murid Perguruan Kera Putih itu diam saja, tidak menghiraukan dan terus melanjutkan pekerjaannya.
Murid-murid Macan Abang semakin berani, malah ada yang bertingkah-laku menirukan gerakan monyet dan disambut sindiran-sindiran oleh yang lain.
"Waktu malam hari kelelawar nyuri mangga kok kalian diamkan saja, kalau kami yang minta baik-baik kok malah tidak diberi. Dasar monyet pelit!" terdengar makian salah seorang dari luar pagar.
Ketiga orang murid Kerah Putih berdiri. Si pemegang sapu berkerut dahinya ketika ia memandang kumpulan murid Macan Abang itu. "Kelelawar itu binatang, oleh karena itu mereka tidak mengenal aturan. Beda dengan manusia, yang harus mengerti aturan. Apakah kalian mau jika derajad kalian disamakan dengan kelelawar?"
"Ahh.., banyak alasan! Ngomong saja kalau monyet memang pelit!" Seorang pemuda yang paling berani itu memaki sambil tertawa mengejek.
Menerima makian dan ejekan itu memang merupakan ujian berat. Tidak banyak orang yang mampu mempertahankan kesabarannya. Tiga orang murid Kera Putih kembali berdiri dan membelalakkan kedua mata mereka.
Si Penyapu berkata, "Hm.., rupanya kalian memang tidak ada bedanya dengan binatang! Kalian perlu dihajar supaya tidak bermental binatang!"
Secepat kilat seorang murid Macan Abang meloncat maju, tangannya mencengkeram leher baju Si Penyapu dan sekali tarik pemuda tinggi kurus itu sudah berada di dalam kekuasaannya. Murid Macan Abang lalu melepaskan leher baju dan mendorongnya, akan tetapi dorongan ini cukup membuat Si Penyapu terlempar dan terguling.
Maka pecahlah perkelahian antara dua perguruan itu. Murid-murid Kera Putih yang mendengar ada keributan segera berhamburan keluar. Dua puluh orang melawan sekitar lima puluh orang. Murid-murid Macan Abang terdesak dan mereka mulai berlari berhamburan.
Pada waktu itu, sesosok bayangan berkelebat dari belakang dibarengi bentakan, "Monyet-monyet dungu, berani sekali kalian memukuli teman-temanku?"
Murid-murid Kera Putih kaget sekali. Karena tiba-tiba bayangan yang ternyata adalah Guk Seger Si Pendekar Cebol sudah memukul roboh enam orang. Melihat bantuan datang, murid-murid Macan Abang kembali berani menyerang. Pendekar Cebol terus menghajar dan berhasil membuat murid-murid Kerah Putih terdesak dan masuk ke pekarangan padepokan.