"Cah ayu, kamu tahu sedang berhadapan dengan siapa?" tanya orang tua yang mukanya buruk, kehitaman dan bopeng serta sorot matanya merah menyeramkan.
"Aku tidak peduli!"
"Apakah kamu belum pernah mendengar nama Pendekar Kalong Wesi? Kenalkan aku inilah orangnya!"
Arum balas memandang, tapi tidak berani lama-lama menentang mata yang merah itu karena sebentar saja ia merasa matanya sakit. "Aku belum pernah dengar sama sekali nama jelekmu, memangnya kenapa?"
Orang tua itu melangkah maju dan tertawa bergelak. "Ha..ha..ha..! Masih begini muda tapi hebat sekali kepandaiannya! Ehh, Cah ayu, siapakah namamu?"
Kini Arum mendapat kesempatan untuk memperkenalkan dirinya. Dengan suara nyaring dia lalu berkata, "Aku Arum putri Mpu Naga Neraka dari Perguruan Benteng Nusa!"
Pendekar Kalong Wesi lalu tertawa bergelak-gelak. "Hm.., ternyata inikah wanita yang menjadi ketua Ikatan Pendekar Jawa itu? Karena kamu sudah berani melabrak dan mengacau di kandang macan, mari hadapi aku!"
Arum menjadi heran dan dia mulai waspada. "Saya mengejar seorang penjahat yang lari ke sini, jadi bukan melabrak, apalagi mau mengacau!" Ia belum pernah mendengar orang berwajah mengerikan dengan mata merah yang mengaku bernama Kalong Wesi itu. Dia menduga-duga sampai di mana kehebatannya sehingga Si Iblis Betina yang terkenal saja kelihatan mencari perlindungan darinya.
"Ha..ha..ha.., apakah kau takut, Cah ayu?" kata Ki Kalong Wesi.
Pertanyaan macam inilah yang menjadi pantangan bagi Arum. Sejak kecil ia telah digembleng untuk memiliki jiwa ksatria yang tidak pernah mengenal kosa-kata 'Takut', apa lagi jika hal itu demi menegakkan kebenaran.
Ia menggertakan gigi dan menjawab tegas, "Siapa takut? Biarlah hari ini aku mengadu nyawa dengan orang-orang tua jahat yang tidak tahu malu!"