Bunga api berhamburan ke sana ke mari ketika pedang berbenturan dengan tongkat yang dialiri tenaga dalam tingkat tinggi itu. Dari getaran pada tangannya maklumlah Arum bahwa lawannya itu biar pun tua namun bertenaga besar.
Ketika Arum sambil memutar badan, menyabetkan pedangnya sekuat tenaga, tongkat yang menangkis itu kembali putus dan Si Iblis Betina cepat-cepat meloncat ke belakang sambil berjungkir balik. Ia baru sadar bahwa senjata lawan begitu dasyat.
"Menyerahlah kau iblis bangsat...!" teriak Mahesa dan dengan ganas, diikuti beberapa rekannya, menyerang berbarengan.
Si Iblis Betina itu memiliki kepandaian jauh di atas belasan murid yang mengeroyoknya, akan tetapi para pengeroyok itu murid-murid senior yang memiliki kepandaian cukup lumayan. Dengan pertempuran secara pengeroyokan itu tentu saja mereka lebih unggul dan mulai berhasil mendesak. Si Iblis Betina dengan tongkatnya yang menjadi pendek lebih banyak menangkis dan meloncat ke sana-kemari.
"Tahan dulu!" teriak Arum sambil mengulurkan pedang mengarah ke dada lawannya yang terpojok dan tak berkutik lagi. "Mengapa kamu mengganggu kami?"
Si Iblis Betina menyeringai mengejek. "Aku.., aku hanya ingin menguji sampai di mana nama besar Benteng Naga!"
Arum mengeryitkan kening. "Kamu yang menulis di dinding tempo hari, Apakah Ajeng yang menyuruhmu? Harap kamu jangan main-main dan mengakulah terus terang?"
"Siapa Ajeng? Aku sudah bilang tadi, aku hanya ingin menguji nama besar perguruanmu!" Selesai mengatakan itu ia mendobrak kepungan di belakangnya dan meloncat ke genting hendak melarikan diri.
"Bagus, rupanya kamu hanya sebangsa pengecut!" seru Arum dan menyusul ke atas genting. Mereka pun berkelahi di atas genting. Desakan pedangnya yang sekaligus menyerang bertubi-tubi membuat Si Iblis Betina mundur-mundur tak mampu balas menyerang.
Memang pesat kemajuan ilmu pedang Arum, gerakan-gerakannya mantap dan matang, tenaga dalamnya juga sudah tinggi sehingga baru puluhan jurus saja ia sudah membabat putus senjata penyusup itu dua kali. Dengan tongkat pendek, Si Iblis Betina itu harus meloncat ke sana ke mari sekenanya.
Arum sudah menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk menambah kecepatan gerakannya. Akan tetapi siapa kira, Si Iblis Betina itu pun ternyata tidak mudah untuk dirobohkan, terus menghindar dan tampak berusaha mencari kesempatan untuk melarikan diri. Di bawah puluhan murid sudah mengepung dan siap menggempur jika penyusup itu sampai menginjakan kaki di tanah.