Begitu selesai memberi hormat, pertempuran segera berlangsung sengit. Ki Marijan dengan tongkatnya selalu mampu menjaga jarak, sehingga Pendekar Tinju Seribu yang mengandalkan kecepatan pukulannya itu mengalami kesulitan. Ketika sodokan tongkat Ki Marijan ke arah dada berpapasan dengan tinju tangan kiri lawannya, ujung tongkat itu pecah.
Pendekar berkumis tebal itu kemudian menangkap tongkat itu dan sekali remas saja tongkat kayu itu hancur. Berbarengan dengan itu ia mengirim tinjunya mendesak lawannya yang terus menangkis dengan tongkatnya yang kini menjadi lebih pendek.
Ki Marijan menangkis dan mengelak sambil mundur dan Pendekar Tinju Seribu yang mengamuk terus mengejar. Sepertinya kekalahan Ki Marijan sudah di depan mata.
Di saat genting itu tiba-tiba orang-orang dikagetkan dengan suara derap kaki kuda yang berpacu cepat menuju ke arah pertemuan itu. Tidak berselang lama kemudian berkelebat bayangan lima orang yang terbang dari punggung kuda yang masih dalam keadaan berlari, dan mendaratkan kaki mereka di tengah arena. Mereka seolah-olah sengaja ingin memamerkan kehebatan ilmu mereka di depan para pendekar, dan sekaligus ingin menakut-nakuti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H