"Saya Topo, Mbah. Dulu saya sudah pernah ke sini!" kata Topo hati-hati. "Saya datang lagi karena pelet Mbah sepertinya sudah tidak manjur lagi, karena sekarang gadis itu menolak saya!"
Lelaki tua yang memiliki wajah mengerikan dengan sorot mata merah itu membiarkan rambut dan jenggotnya memanjang hingga menyentuh lantai. Ia memakai baju dan ikat kepala berwarna hitam, sangat kontras dengan rambut dan jenggotnya yang telah memutih.
Untuk beberapa saat suasana begitu hening. Mbah Myang duduk bersila sambil memejamkan mata, dan beberapa kali hanya meludah. Ia memang suka meludah dan kentut sembarangan. "Rupanya gadis itu pernah dipelet lebih dulu oleh lelaki lain!" kata orang tua itu dengan suara parau memecah keheningan.
Topo cukup kaget mendengarnya, meskipun ia tidak begitu saja mempercayainya. "Apakah lelaki itu bernama Tulus?"
"Saya tidak bisa melacak namanya. Tapi ada beberapa orang yang sudah pernah mencoba memeletnya!"
'Jika Tulus memelet Ajeng, kenapa dia menikah dengan Arum?'
"Dan rupanya belakangan ini ada kyai yang merusak pengaruh sihirku!" sambung dukun tua itu, "Ini yang membuat gadis itu menolakmu!"
"Siapa nama kyai itu, Mbah?"
"Saya tidak bisa melacak nama dan tempatnya!"
"Apakah saya masih punya peluang untuk mendapatkan gadis itu, Mbah?"
"Tentu saja! Asal Ki sanak bisa mendapatkan rambut dan barang pribadinya? Karena syarat itu akan mempermudah proses pelet ini!"