"Meskipun kami tinggal di tengah hutan belantara, tapi kami selalu mengikuti perkembangan di luar! Anda Pendekar Kebokicak yang terkenal itu! Semua orang pasti dengar!" Ki Unggul kembali menjatuhkan diri dan berlutut di tanah. "Terimalah hormat kami Raden Kebokicak!" 'Pantas saja mereka begitu tenang!' batin Ki Unggul. 'Ketenangan yang menjadi ciri pendekar besar!'
Semua anak buahnya pun ikut berlutut di tanah. "Terimalah hormat kami!" seru mereka serempak. Mereka mengenal nama besar Pendekar Kebokicak sebagai tokoh pembela kebenaran.
"Terima kasih, Paman Unggul dan saudara-saudara semua! Maaf kami harus melanjutkan perjalanan. Permisi semuanya!" Tulus pun kembali duduk di sebelah Arum dan segera menjalankan dokarnya.
Arum beberapa kali menengok dan melihat Ki Unggul Weling dan anak buahnya masih berlutut di tanah, di kiri kanan jalan.
***
Bantuan-bantuan tenaga yang diterima oleh Dyah Ranawijaya di saat merebut kerajaan Majapahit, membuat ia terpaksa membagi-bagi daerah kepada mereka. Di antara mereka ada yang diangkat sebagai adipati-adipati dan tumenggung-tumenggung, yang lambat laun makin besar kekuasaannya dan seolah-olah menjadi raja-raja kecil. Bahkan di tingkat kademangan pun seolah berdaulat sendiri.
Sementara itu, sisa-sisa pasukan Majapahit yang melarikan diri menjelma menjadi pasukan-pasukan liar, yang selalu menciptakan gangguan keamanan terhadap pemerintahan di daerah. Seperti yang terjadi pada Ki Unggul Weling dan teman-temannya. Mereka bersembunyi di tengah hutan dan mendirikan perkumpulan yang terkenal dengan sebutan Laskar Rimba. Bagaimana pun liarnya, mereka masih tetap menghormati dan menjunjung tinggi kebenaran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI