Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (44), Hutang Nyawa Bayar Nyawa

10 Agustus 2024   06:59 Diperbarui: 10 Agustus 2024   07:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ki Naga, kami yakin bahwa kamu pasti menyembunyikan rahasia harta rampasan perang yang dibawa lari oleh Ki Kelabang!" seru Ki Demang, "Kami atas nama kerajaan berhak menyita harta itu. Jika kamu menyerahkan dengan sukarela, mungkin kami akan mempertimbangkan untuk mengampunimu, tapi jika kamu menolak, maka tidak ada pilihan lagi, kami akan perangi kamu sebagai pemberontak!"

"Sampai detik ini saya belum pernah melihat harta yang kau bicarakan itu, Ki Demang!" jawab Mpu Naga tegas, "Saya tidak tahu harta itu benar-benar ada atau hanya bualan belaka. Kalau mengenai hendak menuntut balas atas kematian Pendekar Golok Dewa, saudaraku Ki Kelabang Karang juga tewas, bukankah itu artinya sudah impas?"

"Kelabang mati karena dia memang pantas untuk itu," sahut Ki Demang, "Karena dia musuh kerajaan, dan dia penjahat yang mencuri harta rampasan perang!"

Mpu Naga memejamkan mata. Kedua alis yang hitam tebal dan panjang itu bergerak-gerak. "Anda datang ke sini untuk urusan balas dendam atau urusan harta?"

"Dua-duanya!"

Mpu Naga menggelengkan kepala beberapa kali. Biar pun mulutnya tersenyum, namun kata-kata yang keluar mengandung nada dingin, "Sekarang kalian mau apa, lakukan saja!"

Pendekar Cambuk Jahanam yang dari tadi sudah gatal tangannya segera melompat menerjang. "Hutang nyawa bayar nyawa!" teriaknya lantang. Rantai yang dibuat lingkaran bajanya semakin kecil ke ujung dan terdapat mata tombak di ujungnya itu ia putar dengan cepat. Gerakannya hebat dan angin gerakannya membuat daun-daun pohon di sekitarnya bergoyang-goyang. Tanpa basa-basi lagi ia berniat menghabisi Mpu Naga dalam waktu singkat.

Pertempuran sengit tak terhindarkan lagi. Tiap kali cambuk itu beradu dengan pedang, bunga api memercik jauh, tanda bahwa selain kedua senjata itu terbuat dari logam baja yang keras, juga bahwa tenaga dalam mereka sangat besar. Kalau pukulan cambuk itu mengenai sasaran, pasti tulang-tulang akan remuk. Beberapa kali gempuran cambuk itu terbukti menghacurkan bagian dinding dan pohon.

Semua orang yang menyaksikan pertempuran itu segera mencari tempat yang aman dari jangkaun cambuk jahanam. Akan tetapi Ki Demang malah memberi perintah kepada para anak buahnya untuk menyerang pula, maka para murid padepokan pun menyambut serangan mereka dengan gagah berani. Terjadilah perang yang amat dasyat hingga di setiap sudut-sudut padepokan.

Saat itu hari Jumat, di mana Mpu Naga meliburkan semua kegiatan di padepokan, namun masih ada belasan murid yang memang tinggal dan menjadi karyawan di situ. Belasan murid senior Benteng Naga itu tidak bisa dianggap remeh, maka pasukan yang mengeroyok mereka itu cukup dibuat kewalahan. Padahal mereka bukanlah pasukan biasa, melainkan pasukan pilihan yang memiliki ilmu silat di atas rata-rata. Melihat keadaan itu Pendekar Jeliteng, Pendekar Celurit Setan, Ki Gong dan Ki Geni pun ikut turun tangan.

Setelah berlangsung puluhan jurus, mulailah ada yang tumbang dengan luka cukup parah. Tempat itu mulai diwarnai darah merah yang muncrat ke mana-mana. Tubuh para prajurit dan murid padepokan yang telah menjadi mayat malang melintang menghalangi kaki mereka yang masih bertempur. Sampai akhirnya seluruh murid Benteng Naga berhasil dibantai habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun