Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (44), Hutang Nyawa Bayar Nyawa

10 Agustus 2024   06:59 Diperbarui: 10 Agustus 2024   07:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Waw.., betisnya! Pinggulnya! Dadanya!"

"Ini baru bidadari yang turun dari kayangan!" timpal yang lain dengan mulut tersenyum lebar.

Untungnya Arum belum sempat melepas bajunya. Ia langsung menjadi marah sekali dan memandang dengan sorot mata menyala ke para lelaki kurang ajar itu. Tapi itu justru membuat gairah mereka semakin berkobar-kobar.

"Jangan takut bidadariku, kami tidak akan menyakitimu!"

Ketiga lelaki bertubuh kekar dan terlihat kasar itu hanya mengenakan celana pendek dan telanjang dada. Banyak bekas luka goresan di dada dan punggung, bahkan ada yang di muka mereka. Rambut yang panjang tidak terawat tampak dipangkas asal-asalan. Semua itu menggambarkan bahwa mereka telah menjalani kehidupan yang keras dan primitive.

"Tuan Putri..!" teriak Tulus yang tiba-tiba muncul dan mengagetkan semua orang, "Maaf hamba datang terlambat!"

"Jangan khawatir, Kanda" sahut Arum, "Kalau cuma tiga orang seperti ini saja aku tidak takut! Biar ini bagianku!"

Ketiga lelaki itu tersentak kaget juga mendengar ucapan Arum. 'Siapa manusia sombong ini?' batin mereka penasaran.

Tulus berjalan melewati salah seorang dari lelaki yang mengepung dengan santai dan tidak menghiraukan keberadaannya sama sekali. Lelaki bermata liar yang dilewatinya itu dengan cepat mengayunkan parang ke arah leher Tulus, tapi pemuda itu masih tampak tenang dan membiarkan serangan itu, tanpa ada gelagat mengelak maupun menangkis. Arum nyaris menjerit ketika parang itu tepat mengenai leher suaminya.

Akan tetapi parang itu berhenti. Rupanya Tulus menangkap parang itu dengan cara menggigitnya. Semua mata terbelalak menyaksikan kejadian aneh itu. Si lelaki liar mencoba mencabut senjatanya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, namun parang itu seolah dijepit sangat kuat, hingga genggaman tangannya mulai terasa lemah.

Tulus kemudian menggerakan tangan mendorong dada si pembacok dan parang itu terlepas dari genggaman. Parang itu lantas dilemparkan dengan cepat hingga menancap seluruhnya di sebuah pohon, hanya tinggal gagangnya yang tampak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun