Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (25): Pertarungan Musuh Bebuyutan

12 Juli 2024   11:20 Diperbarui: 16 Juli 2024   12:03 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

 “Hai Kobra renta, sekarang kau hendak lari ke mana?” Ki Paimo Jeliteng menyindir sambil memperhebat gerakan pisaunya.

“Ha..ha..ha! Macan Kumbang tua, apa kalian kira kalian bisa selamat kali ini?” Biarpun dalam keadaan terdesak, Ki Blandotan Kobra masih sempat tertawa. Kemudian terdengarlah bunyi aneh dari mulutnya. Suara menyerupai mantra yang didendangkan seperti tembang.

Pandangan mata kedua Pendekar Jeliteng tiba-tiba seperti berkabut. Mereka semakin meningkatkan kewaspadaan, karena tiba-tiba mereka melihat Ki Blandotan Kobra tampak menjadi tiga, kemudian lima, dan kemudian menjadi tujuh orang, yang masing-masing bergerak dan sesekali mengirim serangan. Beberapa kali pukulan dan tendangan berhasil membuat kedua pendekar Macan Kumbang itu terhuyung-huyung mundur.

Kali itu keadaan dua orang Pendekar Jeliteng cukup berbahaya sekali. Rupanya mereka akan sulit tertolong. Tapi pada saat itu, Raden Kusno yang tadi menghilang kini datang bersama puluhan anak buahnya, dan tanpa banyak bicara mereka segera memberikan bantuan, mengepung Ki Blandotan.

‘Kobra, makin tua makin jahat juga ilmunya!’ gumam Ki Paimo Jeliteng, lalu mengajak anak buah Raden Kusno untuk secepat mungkin menghabisi musuhnya. Tanpa mempedulikan rasa malu akan gunjingan orang-orang yang menonton, karena pertarungan yang tidak seimbang.

Ki Blandotan membanting kakinya yang besar dan kuat. Ia tak kalah dalam hal ilmu silat sekalipun dikeroyok ratusan orang, tapi tenaganya telah terkuras. Ia marah sekali karena gagal membunuh dua orang musuh bebuyutannya. Kini ia harus memutar otak agar bisa meloloskan diri dari tempat itu. Ia kemudian secepat kilat menyerang sisi di dekat langgar dan berhasil merobohkan beberapa orang, secepat kilat menerobos masuk ke dalam langgar, kedua tangannya merenggut dua orang anak kecil sebagai sandera dan langsung membanting pintu dengan kakinya. Dia rupanya pendekar yang tidak hanya sangat sakti, tapi juga sangat licik.

Pendekar Jeliteng dan pasukan Raden Kusno secara naluri, tanpa dikomando, bergegas mengepung langgar, namun tidak ada seorang pun yang berani masuk.

“Jangan sampai bajingan itu lolos!” teriak Ki Paimo emosional. “Kita bakar saja langgarnya! Ayo kita bakar! Ayo bakar!”

Seorang pemuda tiba-tiba keluar dari kerumunan penonton dan menghadang Ki Paimo. “Jangan dibakar. Ada anak-anak dan Mbah Kucing di dalam!”

“Persetan! Blandotan Kobra itu bajingan besar dan musuh kerajaan yang harus dimusnakan!” sahut Ki Paimo dengan tatapan mata tajam.

“Jangan!” bentak si pemuda pemberani itu dengan tatapan mata tak kalah tajam, “Kamu harus hadapi saya sebelum membakarnya!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun