Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (9): Penempahan Jiwa Raga

14 Juni 2024   19:58 Diperbarui: 16 Juni 2024   11:01 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pemuda desa, yang nama orang tuanya tidak tercatat dalam lembaran sejarah berdirinya Majapahit, betapa pun prestasinya menonjol, tapi tetap saja membuat ia dipandang sebelah mata. Khususnya oleh anak-anak pejabat.

Berbeda dengan pandangan Ki Hanuraga, yang mungkin karena juga terlahir dari kelas rakyat kecil, ia memberi perhatian istimewa kepada Gajah Mada. Lantas ia pula yang selalu membicarakan pemuda hebat itu di depan para panglima.

Sekali lagi, asal usulnya selalu menjadi batu sandungan untuk meningkatkan karir. Keadaan itu selaras pula dengan kondisi Majapahit yang belakangan mulai diisi oleh pejabat-pejabat yang tidak amanah, dan cenderung bermental penjilat dan korup.

Jejak-jejak prestasinya senantiasa terselimuti awan hitam. Semua itu seolah menegaskan bahwa sebagai prajurit yang bukan berasal dari golongan darah ksatria, adalah hal tabu. Beberapa jasa perjuangannya pun diabaikan begitu saja.

Hanya karena cita-cita besarnya, yakni untuk menjadi orang yang bermanfaat besar, maka semangatnya tak pernah surut, justru semakin bergelora seiring waktu. Karier Gajah Mada terus menanjak hingga mulai dari kurir sampai akhirnya menjadi Kepala Pasukan Bhayangkara (Pengawal pasukan Raja).

Bhayangkara, dari bahasa Sansekerta yang berarti "Hebat dan Menakutkan". Istilah itu termaktub dalam dua kata Jawa kuno, yakni Bhaya yang berarti "Berbahaya" atau "Menakutkan", sementara Angkara dari kata "Ahangkara" yang berarti "Aku"' atau "Kami". Maka istilah Bhayangkara dapat diartikan sebagai "Kami yang Menakutkan".

Amanat suci membanjiri dadanya. Pemuda itu kelak di kemudian hari menjadi ahli negara yang maha tangkas dan cerdas. Jiwa dan raga sepenuhnya dipersembahkan untuk membesarkan negara. Kerajaan Majapahit menjadi berjiwa dan bersemangat, dan naik ke tingkat kejayaan di atas dasar persatuan, yang hidup dalam genggaman tangan tokoh yang berasal dari darah rakyat kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun