Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (9): Penempahan Jiwa Raga

14 Juni 2024   19:58 Diperbarui: 16 Juni 2024   11:01 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika di Bedander kehidupannya banyak diisi dengan kegiatan berlatih silat dan mengencangkan ikat pinggang, kini di Songgoriti kehidupannya banyak diisi dengan bekerja keras.

Dari para prajurit yang datang ke tempat itu, ia mendengar bagaimana hancurnya kerajaan Singhasari yang pada waktu itu tentu masih jelas puing-puingnya. Dia juga mendengar cerita bahwa kekuasaan Jayakatwang di tanah Kediri telah runtuh karena serangan tentara Mongol, dan kabar gencar tentang munculnya kerajaan baru yang memperoleh kemenangan atas jerih payah dan kecerdikan pemimpinnya.

Majapahit, itulah kerajaan yang kini menjadi harapan baru bagi rakyat, yang sedang berjalan terseok-seok karena pemberontakan. Kerajaan itu kini tengah giat-giatnya melakukan perbaikan dan pembangunan.

Keadaan hancur lebur dan munculnya kerajaan baru mengisi kepala pemuda Gajah Mada, yang lantas menyulut panggilan hidup yang luar biasa. Saat itulah cita-cita dirangkai setinggi langit.

***

Pemberontakan Ranggalawe dan pembangkangan Lembu Sora memberi pelajaran kepada Jayanegara untuk melakukan pembersihan terhadap pasukan yang dianggap tidak loyal. Prajurit yang sudah teracuni oleh kepentingan politik dianggap bisa membahayakan keadaan negara. Seiring dengan itu dilakukan pula perekrutan tantara besar-besaran demi memperkuat pertahanan.

Kabar mengenai itu sampai juga kepada Gajah Mada. Ia segera menyampaikan kepada pamannya mengenai keinginannya untuk menjadi prajurit dan mengabdi di Majapahit. Ki Gede Sidowayah sangat mendukung dan menyarankan agar dia lebih dulu ke Bedander untuk mohon doa restu kepada Kakek Wonokerto. Nenek Wuri sudah meninggal beberapa bulan sebelumnya.

Gajah Mada akhirnya berangkat menuju Bedander. Jalur yang ditempuh mengambil jalan pintas lewat Batu Malang (diantara Gunung Butak dan Gunung Arjuna) terus lurus menuju Bedander, Jombang. Setelah mendapat restu dari Kakek Wonokerto, selanjutnya ia pergi menuju Trowulan, Majapahit, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Bedander.

Kebanyakan di antara mereka yang melamar sebagai prajurit adalah keluarga dari kasta ksatria. Mereka diantar sendiri oleh sanak familinya yang juga bagian dari prajurit maupun kerabat keraton Majapahit. Kunci yang paling penting adalah siapa yang membawa. Ini bagian dari seleksi ketat, mengingat terjadinya pemberontakan yang belakangan terjadi.

Sebagai anak keturunan kasta Sudra, Gajah Mada hanya bisa mengandalkan kemampuan bela diri dan kecerdasannya. Dengan melewati berbagai ujian yang dirasakannya berat, dia akhirnya berhasil diterima sebagai prajurit Majapahit.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun