Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Reuni

29 Mei 2024   06:38 Diperbarui: 14 Juni 2024   10:49 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Ayo kita jalan lagi!" ajakku. Aku menyimpan rapat-rapat apa yang tadi kulihat. Memang, pemandangan kuburan horor itu tidak baik jika diceritakan dalam suasana seperti itu. "Semakin lama istirahat semakin malam kita sampai di tujuan!" alasanku agar mereka segera beranjak.

Kami sampai di wilayah padang ilalang. Siapa sangka bahwa padang ilalang yang luas itu berlatar belakang pemandangan lampu-lampu di perkotaan. Sangat menakjubkan. Hujan telah redah, meskipun langit masih tampak berselimut kabut.

Kami baru sadar bahwa saat itu adalah malam tahun baru. Seolah-olah kami mendengar suara bising mesin kendaraan, terompet yang ditiupkan, kembang api dan berbagai kemeriahan menyambut pergantian tahun. Sementara kami sedang tersesat di puncak perbukitan, bergelut menemukan jalan. Kami hanya bisa diam membisu menatap semua itu. Hening dalam hati.

Keindahan lampu-lampu kota dilihat dari puncak mestinya jadi momen wajib untuk didokumentasikan. Tapi bagi kami para petualang sejati, selain tidak pernah memikirkan hal seperti itu, juga karena waktu itu belum ada handphone. Kamera pun harganya masih mahal.

Setelah cukup mengusir lelah, tanpa dikomado kami bergegas melanjutkan perjalanan. Untungnya kemudian kami menemukan jalan beraspal. Tidak lama berselang terdengar suara orang banyak sedang berbincang-bincang. Mereka tampaknya berjalan menuju ke arah kami.

Kami menanti. Muncul di tikungan rombongan orang, laki-laki, muda, tua, perempuan dan anak-anak, berjalan beriringan seperti karnaval.


Kami bertanya kepada salah seorang dari mereka, "Permisi, mau tanya!"

"Iya!" jawab seorang kakek dengan menampakan wajah heran, karena bertemu orang asing di tempat terpencil. Rombongan itu berhenti dan ikut nimbrung.

"Kalau mau ke Cangar lewat mana ya, Mbah?"

"Oh, jalan ini menuju ke arah Cangar. Bareng sama kita saja! Mas dari mana?"

Wah lega rasanya. Alhamdulillah. "Kami dari Jombang. Tadi tersesat. Cangar masih jauh, Mbah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun