Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Reuni

29 Mei 2024   06:38 Diperbarui: 14 Juni 2024   10:49 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Aku sebelumnya maklum, karena Yudha murid yang suka bolos sekolah. Jadi kalau lupa sama teman sekelas wajar.

Setelah lulus, dan sempat menjadi buronan beberapa teman sekolah, kini muncul dan mengaku bekerja di sebuah pabrik gula di Kediri. Terus terang bangga melihatnya bisa menjadi orang sukses. He..he.., mohon maaf dan semoga kamu bahagia di alam sana, Yudha.

Teman bernama Yono ini semakin menimbulkan ganjalan dalam pikiran. Dulu pernah ada pengalaman yang cukup berkesan. Suatu ketika liburan sekolah, tahun 1990, aku, Anto dan Yono pernah pergi berkemah di Cangar, Malang.

Acara berkemah itu tidak pernah terencana. Muncul begitu saja di siang hari, dan kami langsung mempersiapkan segala sesuatunya, dan cepat berangkat untuk mengejar waktu saat itu juga. Lami sama-sama belum punya pacar. Belum terpikirkan mengenai itu. Jadi bisa pergi berkemah saja sudah merupakan hal yang paling membahagiakan.

Sudah terlalu sore, jadi sudah tidak ada kendaraan umum yang bisa membawa kami ke lokasi wisata. Untungnya kami bertemu dengan supir truk yang akan berangkat menjemput para petani di perkebunan dekat lokasi wisata itu. Kami diijinkan ikut naik truk.

Kami tiba di area perkebunan sudah menjelang maghrib. Terdengar sayup-sayup suara adzan di kejauhan. Bapak supir bilang kami harus melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki, yang menurutnya jika lewat jalan pintas di perbukitan paling cuma sekitar tiga kilometer. Berarti sudah dekat.


Puncak Brakseng yang terletak di ketinggian 1700 mdpl itu memiliki keindahan yang begitu memesona. Sebuah wilayah perkebunan yang estetik dan eksotik bagi banyak wisatawan untuk berfoto. Indahnya pemandangan dari atas yang membuat lelah perjalanan terbayar setimpal.

Gelap menghampiri diiringi turunnya gerimis. Pemandangan asri ketika pagi dan siang hari itu berubah menjadi menyeramkan. Kebetulan kami melihat sebuah rumah. Kami segera menuju ke sana untuk berteduh.

"Permisi!" ucap kami bergantian. "Permisi! Ijin numpang berteduh!" Tidak ada orang sama sekali. Kami berpencar.

Aku berjalan memutar, mencoba mengintip dari cela-cela lubang dinding. Dalam keadaan remang-remang, aku melihat Yono sudah ada di dalam. Berarti ada pintu masuk. Aku berjalan mencari pintu. Ternyata pintu itu tertutup dan digembok dari luar.

Aku kembali mencari cela untuk melihat ke dalam. Kini yang kulihat adalah sebuah kuburan kuno. Dengan sedikit gemetar, aku berjalan memutar dan mendapati Anto dan Yono meringkuk kedinginan, di bawah atap genting yang bocor di sana-sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun