Oleh: Tri Handoyo
Selepas maghrib. Sebuah mobil berhenti di depan rumah, terdengar seseorang turun dan melangkahkan kaki menuju pagar.
Aku amati dari jendela ruang tamu. Sedikit penasaran. Lelaki tegap itu tampak tiada sedikit pun keraguan membuka pagar dan melangkah masuk. Sepertinya dia tidak asing dengan rumahku. Aku keluar dan hendak bertanya.
Tiba-tiba orang itu mendahului menegur. "Han! Lupa sama aku?"
Terkejut. Ingatanku segera berkelana, membongkar gudang memori dengan kecepatan tinggi. Jangan sampai ia menangkap kesan bahwa aku melupakan seorang teman. "Coko, kan?"
"Ha..ha.., masih ingat. Bagaimana kabarmu?" tawa ceria mengembang dan mulai terasa tidak asing lagi. Sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman, ia terus menyemburkan celotehan. Ciri yang sangat khas. "Ini tadi aku nekad saja, kebetulan pulang ke Jombang. Soalnya aku pikir kamu masih di luar Jawa. Alhamdulillah bisa ketemu. Sudah lamakah pulang ke Jawa?"
"Syukur alhamdulillah baik! Kabarmu sendiri bagaimana?" tanyaku balik. Ia salah seorang teman SMA yang sudah puluhan tahun tidak pernah ketemu. Terakhir dengar kabar ia menjadi polisi dan berdinas di polda Surabaya.
"Kamu kok kelihatan masih tetap muda saja! Anakmu berapa?" serbunya lagi.
"Wah hebat ini pak polisi! Masih dinas di Surabaya?" tanyaku balik.
"Oh iya, aku minta nomormu yang baru!"