Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangisan Tengah Malam

23 Mei 2024   09:54 Diperbarui: 12 Juni 2024   09:36 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk beberapa saat kami sama-sama membisu. Di dalam benak aku semakin dibuat terkejut. Apabila dia mengaku pindah sejak seminggu yang lalu, kenapa aku masih sering mendengar suara tangisan.

"Rumah itu angker, Mas. Kami terpaksa harus pindah karena aku kasihan sama istri dan anakku!" sambungnya, "Iya kalau pas ada aku di rumah sih gak apa-apa!"

Bicara tentang dunia makhluk halus adalah bicara tentang sebuah kasus yang tidak bisa dibuktikan. Segala klaim tidak memiliki bukti nyata. Tidak bisa di konfirmasi dan diverifikasi. Itulah kenapa banyak orang yang menganggap kisah semacam itu hanya bualan belaka.

***

Sampai suatu ketika, secara kebetulan aku bertemu dengan pemilik rumah angker itu. Bapak itu datang melihat rumah dan bilang dalam waktu dekat mau merenovasinya.

"Padahal bangunannya masih kelihatan bagus, Pak!" menurutku.

"Sebetulnya rumah ini mau saya jual. Tapi sudah hampir dua puluh tahun belum laku juga!" tuturnya, "Sebetulnya banyak juga yang menanyakan, tapi entah kenapa selalu batal!"

Entah kenapa, ia kemudian cerita masa lalunya bahwa ia merasa begitu terpukul karena istrinya tewas dalam sebuah kejadian tragis, bunuh diri bersama anaknya dengan cara minum racun serangga.

Tidak lama berselang, ia mulai bisa bangkit ketika berjumpa dengan seorang perempuan yang bisa menggantikan istrinya yang tewas. Ia menikah dan kemudian berniat menjual rumah itu karena istri barunya tidak mau tinggal di situ.

Pada malam harinya, saat mendung menggantung tepat di atas langit, namun hujan belum juga turun, pikiranku sedang dipenuhi pertanyaan yang menggumpal di benak. Yaitu pertanyaan apa yang menyebabkan ibu pemilik rumah angker itu memutuskan untuk bunuh diri? Kenapa ia harus membawa putrinya ikut menjemput kematian?

Saat hujan mulai mengguyur, tubuhku mendadak terasa begitu ringan, seakan keberadaan gravitasi telah lenyap. Mendadak seorang perempuan muncul di hadapanku. Sambil menangis ibu itu cerita bahwa suaminya minta diijinkan untuk menikah lagi. Poligami memang sedang menjadi tren saat itu. Jika tidak diijinkan, maka dengan terpaksa suaminya akan menceraikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun