Sepulang dari kampus, tiba di tempat kos tepat adzan dhuhur berkumandang. Aku berniat menengok rumah tetangga baru. Entah penasaran atau lantaran kangen melihat ibu mudah yang manis dan anggun itu.
Di teras, tampak seorang perempuan setengah baya dengan seorang gadis kecil yang duduk di pangkuan. Ibu itu seperti sedang menyanyikan sebuah tembang. Entah di mana aku merasa pernah dengar tembang itu. Tapi yang jelas itu tembang era masa lampau, masa kanak-kanakku.
Ibu di teras itu berpenampilan seperti orang jaman dulu, baju kebaya dan rambut digelung ke belakang. Barangkali ia pembantu rumah tangga. Berarti ibu muda itu sudah mendapatkan pembantu. 'Syukurlah', batinku ikut senang.
Begitu aku balik badan ke tempat kos, sebuah sepeda motor meluncur datang dan berhenti di depan rumah. Seorang perempuan muda yang duduk di belakang turun, dengan anak kecil terbungkus selimut di gendongannya.
Sambil tersenyum ke arahku, ibu muda itu berkata, "Mas, kenalkan ini suami saya!" Tangan kanannya memegang punggung lelaki yang masih di atas motor. "Mas ini tetangga sebelah kita! Yang tadi aku ceritakan!" ucapnya kepada si suami.
Lelaki itu mematikan mesin dan turun untuk berjabat tangan. Kami saling memperkenalkan diri. Dia lelaki yang ramah. Sama persis seperti istrinya.
Kataku mencoba mencari topik pembicaraan, "Syukurlah, mbak sudah dapat pembantu ya!"
"Belum, Mas. Ini tadi baru cari informasi ke beberapa warung di sini, siapa tahu mereka punya kerabat yang mau!"
"Lho!" aku segera berpaling ke arah teras, di mana tadi ada perempuan memangku gadis kecil. Teras itu kini sepi. Hanya terdapat dua kursi kosong. Angin dingin tiba-tiba berhembus menerpa wajahku. Hanya di wajah. Angin yang aneh!
"Ada apa, Mas?"
"Tidak apa-apa. Saya pikir.., maaf tadi sepertinya ada ibu dengan gadis kecil di teras!"