Aku sampai tidak tahu lagi apa yang dibicarakan gadis itu. Aku seperti merasakan dia tersenyum mengejek di balik maskernya, menikmati kepanikanku. Oh iya, aku juga tidak ingat apakah aku tadi sudah bayar karcis bus atau belum.
Tiba-tiba aku dibangunkan oleh kondektur. "Mas! Mas?"
Aku terjaga, berpaling ke kursi sebelah, yang ternyata kosong. Sayang sekali. Itu pertemuan mistis.
"Turun mana, Mas?" tanya kondektur.
"Banjarnegara!" jawabku spontan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!