Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Mistis

18 Mei 2024   06:05 Diperbarui: 10 Juni 2024   10:28 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Tiba-tiba aku dibuat kaget mendengar ucapannya. "Hantu itu memang benar-benar ada!"

"Apa?" Aku pura-pura tidak mendengar. Kenapa ia mendadak bilang seperti itu?

Sepertinya di luar ada halilintar menyambar. Disusul hujan gerimis turun. Ada hawa dingin menerpa wajahku, disertai aroma wangi kenanga.

"Hantu itu memang ada!" ulangnya datar dan seakan-akan sengaja memberi penekanan kuat dalam setiap kata.

"Hmm..!" 'Memangnya siapa yang tidak percaya sama hantu?' batinku merasa aneh, sambil tersenyum dalam hati, 'Apa kamu mau memberitahuku bahwa kamu sebetulnya hantu? Begitukah?"

Aku ingin melihat dia dari pantulan kaca di sebelahnya. Tapi rupanya dia cukup cerdik, karena dari awal sudah menutup jendela dengan gorden.

Dengan berlagak santai, aku mencari cara untuk memastikan bahwa dia adalah manusia, bukan hantu. Ya, memotretnya dengan ponsel. Aku harus cari alasan untuk itu. "Apa Mbak punya pengalaman dengan hantu?" pancingku antusias seraya mengeluarkan ponsel dari tas selempang.

"Iya!"

"Mau menceritakannya?" Aku menghidupkan ponsel sambil tetap serius menyimak ceritanya. Jangan sampai dia tahu rencanaku. Sayangnya ponselku mati. Pantas dari tadi aku tidak mendengar ada pesan masuk sama sekali.

Aku lalu memanfaatkan goncangan bus untuk mencari kesempatan agar bisa bersinggungan dengan tangannya. Sekali lagi dia sangat cerdik. Sepertinya dia bisa membaca pikiranku. Bahkan berniat untuk bisa menyenggolkan kaki saja tidak bisa. Dia selalu cepat menghindar.

Aku berharap ada orang naik atau turun dari bus melewati kursiku, agar aku punya alasan untuk berbicara yang kemudian melibatkan perempuan misterius di sampingku itu. Aku juga melihat ke arah kondektur dan berharap dia menoleh atau berjalan ke belakang. Rupanya semua sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun