Setiap bulan? Setiap hari Senin? Pertanyaan yang hampir aku lontarkan, tapi batal karena bapak itu kemudian melanjutkan ceritanya.
"Dan itu sudah berjalan selama kurang lebih tujuh belas tahun! Bayangkan! Siapa orang yang sanggup melakukan hal seperti itu? Memang mertuanya orang sini, tapi ia jarang mampir ke mertuanya, tapi selalu mampir ke kuburan istrinya!"
Sialan! Semakin menumpuk rasa penasaran dalam benakku. "Kuburan istrinya?"
Bapak itu menampakkan wajah prihatin. "Iya. Sekitar tujuh belas tahun yang lalu istrinya meninggal di sini. Mereka pengantin muda. Baru menikah dan belum punya anak!"
"Meninggal tujuh belas tahun yang lalu? Karena sakit?"
"Meninggal karena terperosok ke dalam jurang. Gara-gara mau difoto sama suaminya! Mungkin itu yang membuat suaminya merasa bersalah!"
Saat itu seakan-akan ada aliran listrik yang membuat segumpal daging di balik dadaku berhenti berdetak. Shock berat.
Saat menulis cerita pertemuan sakral ini, layar laptop tiba-tiba gelap. Aku lupa tidak memperhatikan ikon batereinya. Mungkin habis. Tapi biasanya ada peringatan lebih dulu sebelum padam. Setelah aku charge, menghidupkannya lagi, ternyata batereinya masih dua puluh lima persen. Tidak seharusnya mendadak padam.
Ada lagi yang aneh. Kenapa halaman word jadi kosong? Aku periksa angka halaman masih ada. Jumlah kata juga masih ada. Kenapa bisa kosong? Rupanya halaman kosong itu spasi, melompat sampai tiga halaman. Artinya tombol spasi ditekan berulang kali sampai sebanyak tiga halaman. Sesuatu yang mustahil terjadi.
Aku sadar. Barangkali dia tidak mau kisahnya aku tulis. Oleh karena itu aku berhenti sampai di sini. Tanpa bisa menyebutkan nama dan lokasinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H