Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Sakral

17 Mei 2024   06:06 Diperbarui: 11 Juni 2024   20:22 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Aneh! Orang kampung sini kok datang bawa mobil? Aku mencoba menemukan apa alasan yang kira-kira masuk akal. Tapi tidak berhasil. Mungkin sambil mau manaskan mesin mobil. Bisa jadi.

"Liburan?" Ia tampak tidak serius bertanya.

"Olah raga, Mbak. Iya sih sekalian liburan, refreshing!" Aku perhatikan gadis desa itu sangat menarik. Kulitnya bersih. Wajahnya tanpa riasan, cantik alami. Rambutnya yang panjang hanya diikat biasa. Pakaiannya yang dipadu dengan celana selutut sudah tampak modern. Barangkali dia sering ke kota, sehingga bisa berpenampilan layaknya gadis kuliahan yang sedang tamasya.

Sambil mencari bahan pertanyaan, aku berlagak membersihkan tanah liat yang menempel di alas sepatu. Aha! "Mbak hanya berdua sama bapak?"

Ia tersenyum kecil. Dengan lesung pipit yang manis. "He..he.., dia suami saya!"

"Suami? Eh maaf!" Kepalaku seperti terjeduk kayu tiang joglo. Ada sedikit cemburu. "Soalnya aku pikir mbak masih sangat muda. Gak nyangka sudah menikah. Malah tadi aku pikir masih SMA!"

"Masak? Saya sudah selesai kuliah lho!"

"Benarkah?" Gadis itu mengaku dari kampung terdekat, mengaku sudah menikah, dan kini mengaku sudah selesai kuliah. 'Kamu pikir bisa dengan mudah membohongiku. Kamu belum tahu sedang berhadapan dengan siapa! Aku detektif kampung. He..he..' "Sarjana apa?"

"Sastra Inggris!"

'Hm, makananku! Akan aku bongkar kedokmu!' "So I'm completely sure that you can speak English well?" sahutku.

"Not well enough!" jawabnya merendah, "Here I don't have partner to make conversation in English, so I am afraid that my skill will be decrease by the day!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun