"Wah sudah lama ya!"
"Memang lama, pak! Sekarang kita kembali pada persoalan tersenyum," katanya sambil tersenyum. "Ketika ayah mulai melatih saya berjualan beliau memberi pesan yang sampai saat ini tetap diingat dengan jelas. Janganlah ketus pada pembeli tetapi juga jangan terlalu ramah. Terlalu ketus membuat orang segan membeli lagi, terlalu ramah bisa-bisa engkau dianggap kurang ajar. Itulah pesan ayah saya. Setelah beliau meninggal, saya menafsirkan sendiri pesan itu. Saya tidak pernah ketus tetapi juga tidak pernah ramah. Itulah alasan mengapa saya tidak pernah tersenyum selama berjualan bakso. Bagaimana pak, sudah hilang rasa penasaran bapak sekarang?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk. Betapa sederhana persoalan ini tetapi persoalan sederhana ini sempat membuat aku kalang-kabut dan penasaran berhari-hari. Pak Slamet menatapku dengan senyumnya yang ramah. Benar-benar penafsiran pesan yang luar biasa. (R-SDA-10032021-087853451949)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H