Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Senyum Tukang Bakso

10 Maret 2021   09:38 Diperbarui: 10 Maret 2021   09:53 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terima kasih pak Slamet tetapi saya tidak merokok!"

"Oh," serunya. "Benar-benar suatu berkah kalau bapak tidak merokok," katanya lebih lanjut. "Saya berusaha berkali-kali untuk tidak merokok tetapi gagal. Seandainya bisa saya benar-benar ingin berhenti merokok. Merokok cuma menghabiskan uang sedangkan gunanya terlalu kecil bahkan saya cenderung mengatakan tidak ada!"

"Mungkin juga," sahutku diplomatis. Bagaimana pun juga aku tidak bisa mengiakan begitu saja pendapatnya. Bukankah ia sendiri seorang perokok? Kalau seorang perokok mencela kebiasaannya sendiri, itu soal biasa, tetapi kalau orang yang tidak merokok mencela orang yang merokok, ini bisa dikategorikan mencampuri urusan orang lain dan mencampuri urusan orang lain jelas-jelas bukan bidangku, kecuali urusan tersenyum pak Slamet yang terpaksa kucampuri karena benar-benar penasaran sebelum tahu apa alasan tidak tersenyum kalau sedang berjualan.

"Bukan mungkin tetapi benar ya," katanya tegas.

Belum sempat kutanggapi kata-katanya, seorang perempuan setengah baya muncul dari dalam dengan nampan di tangan. Dua gelas teh yang masih berasap ada di atas nampan.

"Ah, pak Slamet terlalu repot," kataku.

"Cuma teh pak," katanya.

Percakapan kemudian beralih dari persoalan rokok. Kesempatan ini kugunakan untuk menanyakan senyuman. Kalau pada mulanya ragu-ragu menanyakan kebiasaannya, karena kupikir dia tidak pernah tersenyum sama sekali, tetapi setelah kulihat dia tersenyum kalau di rumah, aku memutuskan untuk bertanya langsung padanya.

"Pak Slamet," kataku setelah keadaan hening beberapa saat lamanya.

"Ya," jawabnya pelan sambil menatap ke arahku.

"Begini, pak," kataku melanjutkan, "Kedatangan saya ke sini di samping memang untuk melihat-lihat pak Slamet di rumah, juga karena ada persoalan yang ingin  ditanyakan kepada bapak. Persoalan ini ...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun