Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Misteri Cangkir Retak

8 Maret 2021   09:30 Diperbarui: 8 Maret 2021   10:12 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang  bukan lagi sekedar bingung tetapi sudah  mendekati kemelut  dalam otak. Aku benar-benar tak habis mengerti, mengapa ada cangkir hitam yang tidak retak berada  di  antara  cangkir-cangkir retak.

Sekitar dua jam lagi kuhabiskan dalam ruangan koleksi  itu, sebelum akhirnya dengan gontai aku melangkah keluar. Di luar aku baru merasakan kalau perutku lapar. Rupanya tadi, karena terlalu asyik  berpikir, sampai lupa kalau belum makan siang. Aku terus pulang dengan langkah yang kurang bersemangat.

Selesai  makan  aku  tetap  tidak  bisa  tidur.  Pikiranku dipenuhi dengan berbagai kemungkinan. Satu demi satu  kemungkinan itu kuanalisis tetapi semuanya kelihatan mengandung kelemahan.

Berkali-kali aku tergoda dengan lipatan amplop yang sengaja kuletakkan di meja. Aku tergoda untuk membuka dan mengetahui apa maksud Santoso dengan mengoleksi cangkir-cangkir retak tetapi jiwa tidak mau kalahku berhasil menahan keinginan buruk itu.

Mungkin aku masih akan terus berpikir dan berpikir  kalau saja Santoso tidak datang mencariku.

Dia menatapku dengan pandangan penuh maknanya.

"Bagaimana kawan?" tanyanya sambil duduk tanpa menunggu aku menyilahkan. Kebetulan sekali tuan rumah tempat aku indekos sedang  tidur,  sehingga  kami  lebih  bebas  berbincang. "Sudah  ditemukan  maksudku?  Kalau  sudah, aku ingin tahu sekarang?"

Aku menatapnya sampai lama, sebelum akhirnya aku  terpaksa menggeleng perlahan.

"Banyak kemungkinan yang muncul  tetapi  aku tidak suka itu. Aku harus betul-betul yakin, atau tidak sama sekali, daripada mencoba-coba toh akhirnya salah juga."

"Tidak ada salahnya kau kemukakan kemungkinan-kemungkinan itu, siapa tahu salah satu di antaranya benar!"

Aku menggeleng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun