"Tetapi satu hal jangan engkau lupakan, kawan!" lanjutku.
Hamid kulihat mengerutkan keningnya.
"Apa itu?" tanyanya kurang senang, mungkin karena kata kataku sedikit mengganggu kegembiraannya karena mendapat dukungan.
"Kehormatan dan nama tidaklah sama. Kehormatan adalah kehormatan sedangkan nama adalah nama. Apa artinya sebuah nama, begitu seorang pujangga besar pernah menanyakannya!"
Hamid cemberut. Jelas terlihat dia tidak puas dengan kata-kataku.
"Kau tidak setuju dengan kata-kataku?" aku bertanya mendahului cepat-cepat.
Hamid mengangguk.
"Ya, aku tidak setuju dengan pendapatmu. Nama bagiku adalah kehormatan."
Aku tersenyum.
"Tentu saja aku tidak bisa memaksakan sebuah pendapat padamu," kataku. "Kalau engkau menganggap bahwa nama adalah sebuah kehormatan, itu terserah kamu. Meskipun bagiku, nama adalah nama, dan kehormatan adalah kehormatan!"
"Aku tetap beranggapan bahwa nama adalah sebuah kehormatan, tidak perduli apa pendapatmu!" kata Hamid mantap. "Menghina sebuah nama adalah sama dengan menghina sebuah kehormatan dan aku bertekad menebus penghinaan ini, apapun yang harus kukorbankan."