Harga Sebuah Nama
Tri Budhi Sastrio
Memang pernah dikatakan apa arti sebuah nama,
Bunga mawar meskipun diganti namanya
Akan tetap harum jua!
Tetapi bagi sebagian orang,
Nama adalah bukan sekedar nama,
Nama adalah sebuah kehormatan, sebuah amanah
Yang pantas dijaga, pantang dihina!
Muka Hamid merah padam dan menakutkan. Belum pernah sebelumnya aku melihat dia seperti itu. Hamid selama ini kukenal sebagai orang yang sabar, tidak pernah marah, meskipun harus kuakui teman-teman kadang-kadang memperlakukan Hamid keterlaluan.
"Aku harus berbuat sesuatu," kata Hamid entah ditujukan pada diriku, entah ditujukan pada dirinya sendiri.
Bibirnya kulihat bergetar ketika mengucapkan itu. Ih, anak ini sedang marah sungguhan, desisku dalam hati.
"Mereka boleh menggodaku dengan segala macam cara, tetapi untuk yang satu ini ... tidak! Aku tidak terima! Dan aku bersumpah, akan kulakukan sesuatu untuk ini!"
Aku mengerutkan kening. Nada mengancam jelas-jelas terdengar dalam kata-katanya. Padahal seingatku, sekali pun belum pernah Hamid mengancam seseorang. Apalagi sampai mengancam, bahkan marah pun aku belum pernah melihatnya. Pasti persoalannya serius kali ini.
"Kau mau membantuku?" tanyanya tiba-tiba padaku.
Aku kaget waktu itu, tetapi kemudian mengangguk.
"Tentu saja, kawan!" kataku mencoba berkata dengan senyuman. "Tetapi engkau harus mengendalikan amarahmu dulu. Sulit memecahkan masalah kalau disertai dengan rasa marah!"
"Huh, bersabar?" dengus Hamid. "Aku baru bisa bersabar kalau mulut si bangsat itu sudah kurobek. Sekarang ambil mesin ketikmu dan bantu aku menulis surat!"