Mohon tunggu...
Tria saputri simamora
Tria saputri simamora Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Karena semua ruang memiliki kisah, maka mencoba merawat semua melalui tulisan. Bagi yang mau beri saran dan kritik dapat email ke triasimamora5@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dia yang Kupanggil Mama

20 September 2018   20:15 Diperbarui: 20 September 2018   20:34 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuselipkan uang yang aku ambil dalam lipatan kertas yang becek oleh airmataku. Berharap mama akan membacanya. Benar saja hingga mama pulang aku masih terjaga karena tak tenang. Perasaan takut mulai menyerang. Ku tutup mataku bermaksud berpura-pura tidur tetapi kupaksa kupingku mencari tahu apa yang sedang mama lakukan. Terdengar bunyi kertas, dan kuduga mama sedang membaca surat yang kutulis. Lalu hening

Ku mendengar mama memanggil namaku berkali-kali seolah-olah mama menyadari aku berpura-pura tidur, tetapi rasa takutku mulai menyerang. Aku memilih pura-pura tidak mendengar dan meremas-remas selimutku dengan ketakutan. Aku mendengar mama membuka tirai pintu kamarku, dia nyalakan lampu yang tak lama kemudia dia matikan kembali, aku mendengar langkahnya menuju tempat tidurku dan duduk disebelahku. 

Jantungku mulai berdetak tak beraturan seiring dengan kakiku yang mendadak menjadi dingin, hingga kurasakan mama mengusap dahiku, membelai rambutku lembut, ku dengar tangisan yang tertahan hingga yang terdengar adalah pekikan tenggorokan.

Maafkan mama, maafkan mama berta, ucap mama dengan lembut namun terdengar jelas dikupingku.

Rasanya ingin kubuka mataku dan memeluk mama, tetapi tubuh rasanya mati rasa tak bergerak. Hingga akhirnya mama mencium dahiku dan meninggalkan tetesan air matanya yang akhirnya menyatu dengan air mataku.

Pagi harinya kudapati mama menggunakan kembali pakaian wanitanya lengkap dengan riasan wajah, rasanya rindu sekali melihat sosok itu. Tanpa berpikir panjang aku memeluknya.

Mama akan antar kamu kesekolah, mama akan lihat kamu menari.

Kamu tidak akan pernah kehilangan mama.

Tak ada yang bisa aku lakukan selain menangis dalam pelukannya.

---------------

Roda kehidupan bisa membawa kita tergilas dalam kebahagiaan maupun kedukaan

Tetapi jangan biarkan senyum terlepas dari porosnya.

20 September 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun