Kuselipkan uang yang aku ambil dalam lipatan kertas yang becek oleh airmataku. Berharap mama akan membacanya. Benar saja hingga mama pulang aku masih terjaga karena tak tenang. Perasaan takut mulai menyerang. Ku tutup mataku bermaksud berpura-pura tidur tetapi kupaksa kupingku mencari tahu apa yang sedang mama lakukan. Terdengar bunyi kertas, dan kuduga mama sedang membaca surat yang kutulis. Lalu hening
Ku mendengar mama memanggil namaku berkali-kali seolah-olah mama menyadari aku berpura-pura tidur, tetapi rasa takutku mulai menyerang. Aku memilih pura-pura tidak mendengar dan meremas-remas selimutku dengan ketakutan. Aku mendengar mama membuka tirai pintu kamarku, dia nyalakan lampu yang tak lama kemudia dia matikan kembali, aku mendengar langkahnya menuju tempat tidurku dan duduk disebelahku.Â
Jantungku mulai berdetak tak beraturan seiring dengan kakiku yang mendadak menjadi dingin, hingga kurasakan mama mengusap dahiku, membelai rambutku lembut, ku dengar tangisan yang tertahan hingga yang terdengar adalah pekikan tenggorokan.
Maafkan mama, maafkan mama berta, ucap mama dengan lembut namun terdengar jelas dikupingku.
Rasanya ingin kubuka mataku dan memeluk mama, tetapi tubuh rasanya mati rasa tak bergerak. Hingga akhirnya mama mencium dahiku dan meninggalkan tetesan air matanya yang akhirnya menyatu dengan air mataku.
Pagi harinya kudapati mama menggunakan kembali pakaian wanitanya lengkap dengan riasan wajah, rasanya rindu sekali melihat sosok itu. Tanpa berpikir panjang aku memeluknya.
Mama akan antar kamu kesekolah, mama akan lihat kamu menari.
Kamu tidak akan pernah kehilangan mama.
Tak ada yang bisa aku lakukan selain menangis dalam pelukannya.
---------------
Roda kehidupan bisa membawa kita tergilas dalam kebahagiaan maupun kedukaan