Mohon tunggu...
Dewy Trinra
Dewy Trinra Mohon Tunggu... -

Belum bisa mengdeskripsikan diriku sendiri tp yg aq tahu aku bahagia dengan kehidupanku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jutaan Cerita Cinta di Langit Jakarta

22 Agustus 2013   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:59 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Tapi seminggu ini loe jadi mengungsi dari kamar kontrakan loe sendiri buat gue”

“nga papa kok, gue masih milih loe tidur di kamar gue kebanding loe harus tidur di kamar hotel. Godaannya banyak, di kamar gue kan godaannya cuma nyamuk” leluconya membuatku menatapnya sangat kuat, seakan ia mampu membaca isi kepalaku pelan-pelan.

“Napa loe natap gue kaya gitu Dit? Loe marah ya? Maaf kalau gue salah ngomong, gue nga maksud kaya gt” Ku buang tatapan tajamku pada wajahnya yang mulai merasa bersalah. Lalu hening.

Ku pecahkan keheningan itu, perlahan ku ceritakan masalah keluarga yang begitu komplit. Bagaimana bundaku di jodohkan dengan ayahku karena materi lalu bunda berselingkuh dengan mantan pacarnya menghianati pernikahannya dengan ayah. Bagaimana aku tak pernah melihat wajah ayah kandungku karena ia meninggal sebelum aku lahir. Bagaimana bunda harus berusaha belajar mencintai ayah dan saat ia telah mencintai ayah, ayah tak pernah menerimaku sebagai anaknya, dan bagaimana hampir tiap hari aku harus mendengar ucapan ayah kalau dia tak pernah bisa mencintaiku. Bagaimana aku cari ketenangan dengan wanita setiap malam di pub dan melewati malam di kamar hotel, mencari hiburan agar aku tak pernah merasa sendiri dan tanpa terasa perlahan air mataku jatuh, memperlihatkan padanya kalau pria juga terkadang tak mampu menahan tangis. Ia memelukku di atas gondola di langit senja Jakarta. Aku tenang di dekapannya, meski telah ku rasakan beberapa dekapan wanita namun dengan cinta ku rasa ketenangan itu “Jangan harapain semua pertanyaan  kenapa yang ada di kepala loe bisa terjawab, biarkan waktu yang menjawab itu. Besok sebelum pulang apa loe mau nemanin gue ke keluarga gue?” aku hanya menggerakkan kepalaku mengisyaratkan jawaban iya untuknya.

***

Cipinang, 21 Februari 2012

Cinta adalah wanita yang unik yang pernah ku kenal, ia selalu memberikan sensasi yang berbeda saat bersamanya. aku menemaninya ke daerah kumuh di kawasan Cipinang Jakarta Timur. Daerah itu sangat kotor, air limbah yang penuh sampah dan rumah-rumah reok yang tak layak huni. Aroma bau busuk menusuk hidung dan mengocok lambungku, sehingga rasa mual menguasai perutku. Terlintas dikepalak, kenapa ia tak menggotong keluarganya tinggal di kontrakan, terlebih pekerjaannya yang menurutku cukup magic seperti seragam hitam-hitam yang di gunakannya saat ini” pertanyaan yang buru-buru ku buang dalam kepalaku.

Dari kejauhan sorak kebahagian anak-anak kecil memanggil namanya, seperti mereka baru saja bertemu dengan kakak yang lama mereka tunggu.

“Kakak catik….. kakak Cintaaa datang horeeee”

Ia tertawa lepas seakan tak mencium aroma bau yang sedari tadi telah menyiksa penciumanku, ia mengeluarkan setoples permen buat anak-anak kecil itu. Kami duduk di salah satu rumah warga yang reok di pinggir limbah yang di penuhi sampah. Cinta mengeluarkan buku-buku pelajaran, obat, dan baju-baju bekas dari tas yang ia bawah. Sejumlah warga seketika bergermbol mendatangi kami.

“Neng Cinta, mpok butuh obat, bapak lagi sakit”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun