Mohon tunggu...
Dewy Trinra
Dewy Trinra Mohon Tunggu... -

Belum bisa mengdeskripsikan diriku sendiri tp yg aq tahu aku bahagia dengan kehidupanku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jutaan Cerita Cinta di Langit Jakarta

22 Agustus 2013   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:59 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Radiiiiiit, hentikan nak. Radiiiiiit, cukup” suara teriak bunda melerai tinjuku pada ayah yang telah mengasuhku selama dua puluh empat tahun tanpa cinta.

“Sekali lagi ku dengar kau memaki bunda, akan ku habisi kau” Teriaku sambil menunjuki wajahnya tanpa rasa sopan sedikitpun.

“Radiiit…..  dia ayahmu”

“Bunda cukup, apa dia masih pantas ku panggil ayah? Begitukah seoarang ayah? Dia bukan ayahku bunda, dia hanya seorang banci yang bersembunyi pada jabatan di balik dasinya” seketika ku rasakan rasa perih di pipiku, tamparan bunda sangat keras menyentuh wajahku.

“Aku hanya membela bunda, karena aku sangat sayang sama bunda. Ini pertama kalinya bunda memukul Radit. Maaf bunda kalau cara Radit salah” aku keluar dari kamar bunda yang telah berantakan.

“Radiit, tunggu nak. Maafin bunda. Radiiittt” ku dengar bunda memanggilku, mencoba menahan namun ku rasakan tubuhku begitu ngilu dan dadaku begitu sesak. Ku pacu motorku begitu cepat meninggalkan rumah mewah di kawasan pondok indah milik ayahku. Air mataku kering tertiup hembusan angin. Sakit… yah, sangat sakit. Itu yang ku rasakan bukan pada wajah bekas tamparan bunda namun batinku seolah tercabik-cabik.

Otakku seakan penuh dengan pertanyaan yang tak pernah bisa ku temui jawabanya. Kenapa, kenapa, dan kenapa? Terasa hanya kalimat itu yang tercipta dalam hatiku. Kenapa harus aku yang merasakan? Kenapa harus bunda yang berselingkuh? Kenapa ayah menbenciku? Kenapa ayah bertahan selama ini jika bunda pernah melukainya? Kenapa dan kenapa lagi?

Aku pacu motorku dengan kecepatan tinggi tanpa tahu arah tujuan yang pasti “Aaaarghhhhhhhhh” Teriakan beban itu keluar dan secepat kilat dilalap oleh hembusan angin yang begitu kencang membuat mataku begitu perih melawannya dan tiba-tiba dihadapanku melintas seorang wanita, spontan ku menekan rem motorku dengan erat dan berusaha menghindarinya, namun motorku oleng karena kecepatnku yang dari tadi dalam kecepatan tinggi “Plaaak……bruuukk” ku rasa gesekan aspal yang dingin di seputaran jalan Tendean mengikis kulit tangan dan kakiku. Aku berusaha membuka mata melihat disekelilingku namun kepalaku terasa sakit dan pandanganku memudar.

***

Entah berapa lama aku pingsan atau tertidur, namun saat terbangun ku temukan tubuhku terselimuti bad cover yang wangi dengan warna ungu yang soft, kamar yang tak ku kenal namun bisa ku tebak pemilk kamar ini seorang wanita pecinta warna purpel. Kamarnya tak besar namun begitu bersih dan wangi, tapi tak ku temukan siapa-siapa disini. Ku pandangi telapak tangan dan siku yang lecet dan begitu terkejutnya saat bad cover ku hempas dari tubuhku, aku hanya memakai celana pendek yang ku pakai sebagai pakain dalam, dan tersadar kalau tubuhku pun tak memakai kaos. “Siiaaal” amarahku mulai mengisi kepalaku saat tak ku temukan pakaianku di kamar itu, lalu ku balut kembali tubuhku dengan bad cover ungu.

“Selamat pagi” seorang wanita yang menurutku tak cantik namun wajahnya begitu lucu, tubuhnya tidak tinggi seperti wanita malam yang sering menemaniku melewati malam panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun