Apa yang ditulis JC sebagai quote, tentu menjadi pendidikan bagi siapa pun yang menggeluti sepak bola sebagai olahraga permainan, apalagi sebagai olahraga prestasi dan profesional (untuk lahan hidup, cari makan).
Artinya, bila selama ini, saya selalu menggaungkan tentang standar TIPS bagi pegiat/praktisi hingga para pesepak bolanya, itu adalah bekal dan harga mati di olah raga apa pun, termasuk sepak bola.Â
Dan bila saya bilang Intelektual, Sosial, Emosional, Analisis, Kreatif-Imanjinati-Inovatif-Iman (Iseaki) adalah pedoman untuk bekal kehidupan nyata umumnya di dunia dan menuju akhirat.
Jadi, keberadaan pemain Timnas kita, tentu signifikan dengan apa yang mereka peroleh di wadah sepak bola akar rumput kita yang masih tak terurus.
Antara STy dan PHs
Dari persolan tersebut, wajar bila STy teriak TIPS pemain Timnas kita jeblok. STy pun bukan menjadi pelatih seperti Park Hang Seo (PHs) yang nyaman tinggal menggarap Timnas Vietnam dari segi kualitas permainan tim, skema permainan, komposisi tim, dan lainnya. Lalu, tinggal pasang startegi apa, karena pasukan yang diampunya, hampir semuanya sudah lulus kompetensi pemain Timnas dengan nilai Rapor TIPS di atas rata-rata.
Ibaratnya, bila STy menangani Timnas Indonesia masih harus bertanya, bisa main atau tidak, sih? Bisa paham perintah atau tidak? Bisa ikuti skema atau tidak? Dll. Â
Maka, PHs sebaliknya, mau main gaya apa? Mau pakai skema apa? Mau pola apa? Mau menang atau imbang? Semua bisa tinggal maunya, karena SDM yang dihadapi berkompeten dan lulus standar TIPS mau pun Iseaki.
Simpulnya, bila PHs meraih prestasi bersama Vietnam, itu signifikan. Sementara saat STy gagal bersama Timnas Indonesia, juga signifikan.
Dari wajah Timnas
Atas kondisi yang konsisten dalam berbagai masalah, penampilan Timnas Sepak Bola kita adalah deskripsi Wajah Sepak Bola Nasional yang terus berkubang dalam sengkarut dan benang kusut. Sebab, saya sebut, sejatinya PSSI tak berdaya.