Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Ikhlaskan

28 Mei 2024   10:56 Diperbarui: 28 Mei 2024   12:18 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, deh! Dasar anak manja!"

"Kan manjanya sama Mama sendiri! Hehehheee...!"

Masih terngiang betapa riang gembiranya Viko pulang sambil membawa pulang rapor ranking satunya.

Kini tiada lagi suara merdu itu. Tiada lagi yang menyapanya setiap pagi, siang, dan malam dengan begitu manja. Tiada lagi yang mengambilkan air untuknya mandi setiap hari. Tiada lagi yang memijatnya saat lelah seharian bekerja. Anak yang demikian disayanginya kini terbujur kaku di hadapannya. Bahkan memanggilnya "mama" untuk terakhir kali pun sudah tidak bisa. Sebuah perpisahan yang tak terperihkan.

Kak Hengky mencoba mendekati sang ibunda dan memberi salam penghormatan. Namun, sang ibu sudah tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Hanya diam menahan rasa perih yang tak terlukiskan oleh sembilu duka yang menghunjam terlalu dalam. Luka itu mengoyak hati dan jiwanya hingga tercabik-cabik. Tiada duka yang lebih pedih bagi seorang ibu dari duka kehilangan buah hatinya.

Suara yang terpendam dalam duka itu baru meledak saat jenazah akan diberangkatkan ke pemakanan.

"VIKOOOOOO...... Anakku...! VIKOOOOOO.....Anakkuuuu!! VIKOOOOOOOO.....!!"

Empat puluh hari kemudian.

Kak Eddy dan beberapa pengurus Kwarcab mendatangi rumah almarhum dan bertemu langsung dengan Sang Ibu.

"Ibu, kami mohon maaf tidak kuasa melindungi Viko. Dia meninggal sehabis sholat magrib di hari suci Nabi. Insya Allah, husnul khotimah!"

"Kak Eddy, terima kasih sudah ikut mendidik anak saya. Dia begitu bangganya menjadi seorang pramuka. Tuhan lebih sayang dengan dia. Wajahnya masih tersenyum manis saat jenazahnya tiba di rumah. Aku sudah ikhlaskan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun