Kedua, uang bukanlah segalanya. Saat saya merintis usaha, saya berniat menghasilkan uang lebih besar dari yang saya dapatkan dibanding bekerja. Tapi seperti yang saya tulis di atas, saya kesepian karena tidak banyak aktivitas yang dilakukan selain menunggu dan menjaga dagangan.Â
Saya berharap kebebasan, namun nyatanya, memiliki usaha sendiri membuat kita lebih terikat dibanding bekerja, karena segala sesuatu saya lah penanggung jawabnya.
Lalu saya menyadari satu hal, bahwa ada hal yang sama pentingnya daripada sekadar menghasilkan uang, yaitu kesehatan mental.Â
Dengan bekerja, sekalipun ada tekanan saya merasa lebih segar.Bekerja membuat saya memastikan bahwa masih ada disiplin dalam diri saya.
Karena saya wajib mandi, wajib pergi ke kantor dan sampai jam delapan, wajib bikin laporan, wajib belajar produk baru, dan seterusnya...
Bekerja membuat saya dapat memastikan bahwa masih ada peta dan rambu-rambu yang harus saya ikuti setiap harinya. Hal ini membuat hidup saya lebih terarah, dan saya sangat mensyukurinya.
Ketiga, hal yang sangat saya syukuri saat bekerja adalah, sama seperti kebanyakan pengusaha amatir gagal lainnya. Dengan bekerja saya memperoleh penghasilan pasti setiap bulannya.Â
Di tengah pandemi seperti ini bisa punya kepastian finansial seperti itu rasanya melegakan sekali. Memang jumlahnya tidak besar dan tidak bisa membuat saya kaya. Tapi saya punya harga diri karena tidak menyusahkan hidup orang lain.
Saya punya kebanggan karena saya tidak bergantung pada orang lain. Bahkan hebatnya otak saya seperti mendadak jenius karena saya bisa merencanakan apa saja dan memimpikan apapun dengan sikap yang penuh harapan.
Saya tahu bahwa dengan bekerja saya dapat membagi penghasilan saya untuk kehidupan. Mana untuk hidup saat ini, besok, dan lusa. Berapa banyak yang harus dialokasikan untuk jangka pendek dan berapa duit untuk jangka panjang.
Memiliki pekerjaan membuat hidup lebih bergairah. Pekerjaan yang menghasilkan uang seperti bahan bakar yang membuat kita berdaya guna dan tak mudah putus asa.