Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengeluhlah karena Pekerjaan, Bukan karena Bekerja

20 Desember 2020   12:47 Diperbarui: 20 Desember 2020   19:32 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi (Sumber gambar: pixabay.com)

Saya rasa model bisnis seperti itu tidak cukup. Kecuali menjual makanan, seperti membuka warteg makan misalnya.

Tapi intinya, pada titik itu saya bingung untuk membuka usaha apa agar tak perlu lagi bekerja. Lalu jika menjadi konten kreator di YouTube misalnya, katakanlah saya tahu harus membuat video apa, tapi faktanya butuh modal juga.

Kalau pun menggunakan kamera smartphone dalam proses rekamannya, saya tetap butuh jaringan internet yang kencang agar proses produksinya lancar. Minimal untuk mendownload footage, mendownload backsound, hingga mengupload video yang sudah dibuat.

Katakanlah sudah di upload ke YouTube, channel tersebut tidaklah langsung menghasilkan uang. Harus mencari 1000 subscriber dulu, lalu harus menunggu sampai waktu tonton di channel kita mencapai 4000 menit. Barulah channel diajukan untuk dimonetisasi. 

Itu pun harus menunggu beberapa bulan, diterima atau ditolak pihak YouTube. Bahkan setelah dimonetisasi, channel belum tentu menghasilkan uang karena semua tergantung jumlah views video-video yang diupload.

Namun karena sudah muak dengan pekerjaan saya, sayapun tetap memutuskan untuk resign. Sialnya saat saya resign, seminggu kemudian isu covid-19 merebak dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan.

Pemberitaan tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun mulai tersiar di mana-mana."Mampus gua", waktu itu saya dan semua orang pasti memang tak pernah menyangka bahwa ada virus yang namanya covid-19 dan merusak tatanan dunia. Lalu banyak orang harus kehilangan pekerjaannya.

Sebulan menenangkan diri di rumah, mencoba mencari pemasukan dari usaha keluarga dan menulis di Kompasiana. Lalu saya menyadari efek psikologi yang harus saya syukuri jika saya bekerja, yaitu ketenangan diri akan kepastian penghasilan tiap bulan yang bisa saya dapatkan. 

Hal ini pasti tidak disadari oleh mereka yang tidak pernah menganggur atau pun kerja serabutan dengan penghasilan yang tidak jelas tiap bulannya.

Itu kenapa saya menemukan prinsip, "Mengeluhlah karena pekerjaan, bukan karena bekerja".Kalau pekerjaanmu memang sudah mentok, yasudah gantilah pekerjaannya, bukan berhenti bekerja atau malah jadi malas bekerja.Kecuali kamu memang bisa menghasilkan uang secara mandiri tanpa tergantung pada sebuah perusahaan atau lembaga. 

Maka inilah yang ingin saya sampaikan, bersyukurlah jika teman-teman saat ini memiliki sebuah pekerjaan. Kalau pekerjaan itu seratus persen tidak cocok dengan kita, silahkan cari pekerjaan lain atau beradaptasilah. Minimal cari pekerjaan yang lima puluh persennya cocok dengan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun